Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Idul Fitri, Teladan Perbedaan Agama dari Keluarga Djamali-Sulangi

5 Juni 2019   11:16 Diperbarui: 5 Juni 2019   16:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Anak Saya.  Dokpri

Hari ini saya akan ikut meramaikan Hari Raya Idul Fitri bersama - sama saudara - saudara saya yang muslim. Sudah sejak dari tadi saya sudah bersiap untuk berangkat,  namun ketika saya duduk menghabiskan kopi yang sudah saya buat sejak sebelum saya bersiap diri,  hati ini tergerak untuk menuliskan ini semua. 

Keluarga besar kami Djamali - Sulangi adalah nama keluarga dari kakek dan nenek buyut saya yang memiliki enam orang anak yang terdiri dari tiga orang anak mengikut papanya memeluk Muslim dan tiga orang lagi mengikut mamanya memeluk Kristiani. 

Saya adalah cucu dari salah satu anak yang memeluk Kristiani. 

Meskipun saat itu usia saya masih anak-anak,  namun saya bisa merasakan dan melihat kasih sayang dari enam bersaudara yang berbeda beda agama ini.  

Foto keempat bersaudara dari enam bersaudara.  Dokpri
Foto keempat bersaudara dari enam bersaudara.  Dokpri

Persaudaraan mereka dan kasih sayang mereka antara satu dengan yang lain tak bisa dipisahkan oleh status agama dan golongan yg melekat dalam diri masing-masing mereka.  

Meskipun tinggal berjauhan namun jika mendengar ada salah satu yang sakit maka kakak beradik ini akan segera bertemu.  

Saya masih ingat jelas saat nenek saya mendengar ada salah satu adiknya yang sakit,  nenek saya menangis dan terus meminta ibu saya untuk mengantarkan dia bertemu saudarinya itu.  

Begitu juga sebaliknya,  pernah ketika nenek saya sakit,  saudara dan saudarinya yang lain juga datang menjenguk,  dan ketika mereka bertemu mereka semua saling memeluk satu dengan yang lainnya sambil menangis. Ketika itu,  usia mereka bersaudara semuanya ada yg hampir dan sudah menginjak usia 70an tahun. 

Pelukan persaudaraan yang saya lihat ketika itu seakan melunturkan perbedaan agama yang ada karna perbedaan itu seakan terbungkus oleh rasa cinta kasih. 

Dan sekarang ke-enam bersaudara ini semuanya telah kembali pulang ke pangkuan penciptaNya sejak beberapa tahun yang lalu. 

Suasana seperti itu sudah jarang saya lihat di kehidupan keluarga kita sekarang ini. 

Sayapun akhirnya mengerti,  kerukunan kasih yang mereka lakukan bukanlah semata mata untuk saling menjaga dan menghormati anatara satu dengan yang lainnya karena dibedakan oleh agama,  melainkan kerukunan mereka terjadi karna memang ada rasa cinta dan kasih antara satu dengan yang lain. 

Keharmonisan dan kerukunan itu hanyalah buah dari rasa saling mencintai dan memiliki yang ada pada mereka. 

Mungkin Tuhan Yang Maha Kuasa sudah mengatur perjalanan hidup keluarga besar saya Djamali - Sulangi yang memiliki anak-anak yng berbeda keyakinan namun tetap saling mencintai agar menjadi contoh yang harus diwariskan dan di ikuti oleh anak-anak dan cucu-cucunya. 

Satu pesan dari nenek saya yang sampai sekarang masih terngiang ditelinga saya adalah ketika dulu saya bertanya kepada nenek saya kenapa nenek saya memiliki kakak beradik yang berbeda agama. 

Saat itu nenek saya menceritakan alasan mengapa sampai mereka berbeda agama,  namun di akhir ceritanya dia mengatakan sperti ini ;

 "samua sama Lev,  Kristen ada orang bae, mar ada le orang jaha,  Muslim le bagitu,  ada orang bae deng ada le orang jaha".

" Kase beda orang dari depe kalakuang, bukang depe agama"

"Semuanya sama Lev,  Kristen ada orang baik tapi juga ada orang jahat,  Muslim juga begitu,  ada orang baik namun ada juga orang jahat".

" Bedakan lah orang lain dari sifat nya,  bukan dari agamanya".

Sampai sekarang pesan dan nasehat nenek masih tersimpan dalam hati saya dan pasti tersimpan juga pada hati seluruh keluarga besar saya Djamali - Sulangi. 

Seandainya mereka kakak beradik ini masih ada,  saya yakin mereka pasti sedih melihat kondisi dan keadaan negeri sekarang ini, dengan mendengar pemberitaan sekarang ini dimana rasa saling menghargai dan mencintai mulai luntur ditelan oleh rasa intoleransi yang mulai mencengkram negeri ini. 

Kami belajar dari mereka yang sudah mendahului kami tentang betapa indahnya hidup rukun dan damai,  bersatu dalam bingkai kasih,  tidak membedakan antara satu dengan yang lain. 

Karna kami percaya sikap toleransi itu bukan sesuatu yang harus diperjuangkan,  namun sikap toleransi itu akan ada dgn sendirinya karna rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama. 

Salam Persaudaraan dari Saya Levi William Sangi. 

Cucu dari Nenek Nang Djamali.  Salah seorang dari enam bersaudara yang memeluk agama Kristiani. 

Selamat Idul Fitri saudara-saudaraku.  Biarlah kita menjadi contoh dan pola bagaimana keindahan rasa saling mencintai dan menghargai,  biarlah kita menjadi contoh bagi sesama kita bagaimana keindahan hidup dalam kerukunan  dan kedamaian.  

Mari terus bangun rasa cinta kasih saudara bersaudara sebagaimana mereka yang telah mendahului kita telah memberikan teladannya kepada kita. 

Karena Torang Samua Basudara. 

Dan sayapun harus pergi bertemu dengan seluruh keluarga besar saya yang muslim. 

Semoga saja hidangan makanannya masih panas,  karna sudah cukup lama tangan ini menuliskan ini semua. 

Salam Kompasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun