Mohon tunggu...
Levia RianandaSholikhah
Levia RianandaSholikhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haii, mari tumbuh bersama -sama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikmah dibalik perilaku orang berpuasa

30 November 2024   17:32 Diperbarui: 30 November 2024   17:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ramadan telah tiba. Fajar menyingsing dengan indahnya, membangunkan kota yang masih mengantuk. Di sebuah rumah kecil di pinggir kota, Zahra, seorang mahasiswi semester akhir, memulai harinya dengan penuh semangat. Bagi Zahra, Ramadan bukan hanya sekadar bulan ibadah, tetapi juga waktu untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan menyebarkan kebaikan.  

Namun, tantangan Ramadan kali ini terasa lebih berat. Jadwal kuliah yang padat, tugas akhir yang menuntut perhatian, dan kelelahan fisik sering kali menguji kesabaran Zahra. Siang itu, di tengah tugas-tugas yang menumpuk, Zahra duduk di meja belajarnya. Matanya mengarah pada laptop yang menyala, tetapi pikirannya melayang.  

"Kenapa aku merasa sulit sekali fokus? Apa ini karena puasa?" katanya. Ia mulai merasa frustrasi. Ketika rasa lelah itu datang, Zahra teringat sebuah hadis yang pernah ia baca di pengajian kampus: "Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya mustajab, dan dosanya diampuni."  

Seketika itu, ia termenung. Ia menyadari bahwa Ramadan bukanlah bulan untuk bermalas-malasan. Sebaliknya, bulan ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan amal, memperbaiki perilaku, dan menjaga kualitas diri, baik saat sendiri maupun bersama orang lain.  

Di sore harinya, Zahra pergi ke perpustakaan kampus untuk menyelesaikan tugas kelompok. Teman-temannya telah menunggu, tetapi suasana kerja sama mereka sedikit tegang. Siti, salah satu anggota kelompoknya, terlihat kesal karena salah satu tugas belum selesai.  

"Kenapa sih kalian nggak bisa lebih cepat menyelesaikan bagian ini? Aku kan juga puasa, tapi aku tetap berusaha kerja keras!" kata Siti dengan nada tinggi.  

Situasi itu membuat Zahra teringat kembali pada esensi puasa. Ia menghela napas, mencoba menenangkan Siti. "Kita semua sedang berpuasa, dan itu tidak mudah. Tapi, kita harus ingat, menahan emosi juga bagian dari ibadah puasa. Yuk, kita selesaikan tugas ini bersama-sama," ucap Zahra dengan lembut.  

Siti terdiam. Kata-kata Zahra seperti embun yang menyejukkan hati. Ia menunduk dan mengangguk pelan. Zahra kemudian membantu teman-temannya menyelesaikan tugas dengan sabar dan teliti. Meski rasa lapar dan haus terasa, Zahra merasa ringan menjalani sore itu.  

Malam harinya, saat Tarawih di masjid kampus, Zahra bertemu Rania, temannya yang baru saja pulang dari pengajian. "Zahra, aku baru dengar sesuatu yang menarik di pengajian tadi. Tahukah kamu, Rasulullah bersabda bahwa doa orang yang berpuasa tidak akan tertolak? Jadi, jangan lupa untuk terus berdoa," kata Rania.  

Zahra tersenyum. Malam itu, ia sujud lebih lama dari biasanya, memohon agar Ramadan kali ini menjadi titik balik bagi dirinya. Ia ingin menjadi pribadi yang tidak hanya lebih sabar, tetapi juga lebih bermanfaat bagi orang lain.  

Hari-hari berikutnya, Zahra menjalani Ramadan dengan perspektif baru. Setiap tindakan kecil, mulai dari menahan amarah hingga membantu teman, ia niatkan sebagai ibadah. Ia menyadari bahwa berpuasa tidak sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga hati, lisan, dan perilaku dari hal-hal yang tidak bermanfaat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun