Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terbelenggu Sejuta Rasa

2 September 2022   11:26 Diperbarui: 2 September 2022   12:02 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbelenggu Sejuta Rasa

Aku terhanyut dalam pusaran kehidupan
Terbelenggu oleh sejuta rasa. Terlalu terlena atas semua sikap yang sempat menghanyutkan jiwa raga. Seluruh cinta yang aku miliki semua hanya untukmu.

Dan aku menikmati ruang kebahagiaan hingga melawati tahun ketujuh. Aku sungguh benar-benar seperti tuan putri yang sangat dicintai. Hingga aku berkisah tentangmu kepada ibu yang melahirkanku . Tiada kekurangan apapun,  benar-benar rembulan dan mentari hadir di tengah keluarga kecil aku dan kau.

Aku merasa sudah nyaman, kisah asmara semakin kuat dan kokoh. Aku berharap ini abadi hingga saat nanti tiba. Maut memisahkan, tapi aku mau beberapa tahun lagi. Menunggu kesuksesan buah hati dan sempat menimang cucu dan cicit. 

Lalu kebahagiaan itu dilanda badai topan. Orang ketiga hadir. Terciptalah neraka di istana yang telah dibangun dengan cinta. Rasa damai hancur berkeping-keping. Bahtera keluarga telah karam. Terhempas gelombang pasang. Seperti tsunami hancur lebur. Kau bukan yang dulu lagi. Setiap hari hanya hujatan dan hinaan yang keluar dari bibir itu. Bibir yang dulu selalu berjanji. Tetap menjagaku meskipun badai topan menghadang.

Ternyata cintamu hanya seperti kerupuk yang garing. Cepat rapuh ketika ditekan dan diinjak. Hanya hadirnya seorang perempuan yang konon katanya masih istri orang. Mampu membuat matamu buta. Katanya mau hidup semati. Belum juga seperempat abad sudah putar haluan. Aku muak untuk semuanya. Cukup sudah kekerasan yang kau lakukan.

Aku tidak mau jadi bantalan amarah. Jiwa dan raga telah remuk dan hancur. Aku pasti pergi dan tak kembali. Meninggalkan semua rasa manis di masa lalu dan meninggalkan derita yang kau torehkan. Tiada lagi kehangatan, semuanya hancur lebur bersama dengan penghianatan. 

Biarkanlah aku pergi bersama kedua buah hati. Cinta telah direnggut oleh dia, wanita yang bersuami. Tiada lagi cinta sejati. Semua hanya janji palsu. Kubasuh luka dengan lautan pinta. Hanya kepada-Nya aku mengadu dan berserah. Memohon kekuatan dan kesabaran. Dilimpahkan rezeki agar si jantung hati bisa menggapai impian. Aku sudah siap berpisah untuk selamanya

Bekasi, 02092022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun