Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tanah Sengketa

24 Januari 2022   16:58 Diperbarui: 24 Januari 2022   17:10 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar angel-kiyoss.tumblr.com

Peluh membasahi baju yang lusuh. Meskipun sudah tua sisa tenaga masih ada. Perempuan tua itu mengayunkan linggisnya kembali untuk menghancurkan pembatas yang baru di semen di belakang rumah.

Sudah keberapa kalinya semen itu dihancurkannya. Hari ini disemen , esoknya dihancurkan lagi. Sehingga ketiga kalinya tetangga sebelah kanan melaporkan ke polisi atas anjuran tetangga sebelah kiri.

Tanah itu bersengketa karena surat tanah tidak akurat. Padahal konon katanya sudah dibeli tapi tidak ada surat. Yang punya tanah sudah meninggal. Tinggal anaknya yang hidup jauh di kota. Tetangga sebelah kanan mengaku bahwa tanah itu sudah dibeli oleh mereka.

Perempuan tua itu bernama Talita masih tersisa garis kecantikan di wajahnya. Nenek Talita biasa dipanggil namanya. Sudah punya cucu yang sudah menikah. Nenek Talita di usia senja masih mendapatkan perlakuan tidak adil.

Kecantikan alami yang dimiliki Nenek Talita meskipun tinggal di desa. Beliau katanya bunga desa. Tinggi semampai. Kecantikan Nenek Talita masih tersisa walaupun sudah tua. Padahal hanya alam yang merawat pipi yang sudah penuh kerutan itu. Kerutan di pipi punya cerita. Mengenai tanah sengketa saksi hidup. Sebenarnya tanah itu benar miliknya. Wajarlah Nenek Talita mempertahankannya.

Gara-gara Nenek Talita tetap bertahan akhirnya tetangga sebelah kiri yang katanya pejabat melaporkan ke polisi. Siang -siang Pak polisi datang serta merta membawa nenek Talita. Anak-anak Nenek Talita segera membebaskannya. Memiliki anak sembilan. Empat lelaki lima perempuan. Anak-anak Nenek Talita memperjuangkan nasib ibunya. Mereka ikut mempertahankan tanah sengketa.

Tanah sengketa naik banding. Nenek Talita waktu itu masih berumur 70 tahun. Keperkasaannya masih tersisa. Beliau tidak takut polisi dan pengadilan. Menurutnya dia hanya mempertahankan miliknya. Sampai maut menjemputnya. Perjuangannya hanya sebatas itu. Tanah sengketa bertahan memang. Tidak bisa digunakan. Terbengkalai begitu saja.

Maut pun menjemput Nenek Talita. Setelah lima tahun berlalu. Tanah itu sudah menjadi milik tetangga yang berstatus pejabat. Apalah daya bukti yang dimiliki Nenek Talita tidak akurat. Sehingga mudah dialihkan menjadi hak milik orang lain. Biarlah mereka menikmati hidup bahagia di kala masih di bumi. Harta tidak dibawa mati. Nenek Talita meninggal tak satupun harta dibawanya. Tanah sengketa kini menjadi kebanggaan tetangga kiri dan kanan. Bangga atas keberhasilan mereka yang punya kekuasaan dan uang.

Erina Purba

Bekasi, 24012022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun