Waktu tak terasa cepat berlalu
Sekian detik tiba-tiba umur tak terasa sudah tua. Sudah kedaluwarsa tapi jodoh juga tak bertemu.
Beberapa kali pacaran tak pernah mulus, selalu putus di tengah jalan, seperti layangan putus. Akhirnya ada rasa malas untuk pacaran.
"Bonar umurmu sudah berapa sih," kata Pak De Iwan suatu pagi di ruang tamu rumahnya. Seperti biasa Aku pasti setiap malam minggu main ke rumah Pak De Iwan yang terletak di pinggir kota.
"Umurku sudah tak muda lagi Pak De, sudah menginjak kepala tiga. Tahun ini Aku berumur tiga puluh empat tahun,"ujarku sambil memandang akuarium di dalamnya ada ikan Louhan.
"Pacarmu sudah ada?"tanya Pak De Iwan. Masih memegang koran Kompas terbit hari ini. Mereka lagi ada di ruang tamu Pak De Iwan.
"Sekarang sudah malas pacaran Pak De, maunya langsung menikah saja. Cewek tidak ada sesuai seleraku. Pertama-tama cintaku menggebu-gebu sampai tiga bulan aku sudah malas melihat dia, akhirnya aku minta putus.
"Huss, kau ini mana ada cewek begitu kenal mau menikah satu di antara seribu mungkin ada," kata Pak De Iwan.
"Yah semoga sih ada, aku berdoa deh Pak De," pacaran aku sudah trauma, takut putus lagi tidak sampai ke pelaminan melulu.
"Padahal kamu ganteng lho Bonar seperti bintang film India tuh namanya siapa ya.
Sebentar Pak De ingat dulu. Oh iya tuh Amitha Baccan. Postur tubuhmu tinggi semampai, hidungmu mancung, kau seorang pengusaha muda. Nah kurang apalagi Pak De kira kau yang terlalu pemilih."