Setelah jingga perlahan-lahan menjelma menjadi malam. Aku putuskan membuka surat darimu. Sepuluh purnama berlalu. Di sore hari yang indah penuh dengan warna jingga membias di langit menghiasi wajahku. Aku seolah-olah merasa terbang, kupu-kupu bertebaran di jantungku, aku menerima surat darimu.
Tapi ada rasa aneh menjalar di hatiku, surat ini kenapa tebal ya? Tapi rasa aneh itu kucoba kutepis, mungkin suratnya banyak, setelah sekian lama tak ada kabar.
Aku membawa surat itu ke kamar, sambil duduk di dipan kubuka perlahan-lahan amplop yang berwarna kuning gading itu.
Surat itu berisi undangan pernikahan, kecurigaanku dari awal terjawablah sudah. Tak terasa bening- bening kristal itu jatuh perlahan-lahan kemudian menjadi isakan pilu menyayat hati. Hatiku tertoreh sembilu, sakit, perih, pedih menyesakkan dada. Kekasihku terima kasih atas luka yang kau berikan. Janji- janji manismu hanya pemanis bibirmu saja. Aku hanya berharap engkau bahagia bersamanya. Cinta tak harus memiliki. Engkau bahagia aku juga bahagia.
Erina Purba
Bekasi, 19022019