Mohon tunggu...
Lestari Sri Hutami
Lestari Sri Hutami Mohon Tunggu... Penulis - Lestari

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP di Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Presiden RI Joko Widodo, Penganut Paham Liberalis atau Realis?

11 Maret 2020   12:39 Diperbarui: 11 Maret 2020   23:10 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia merupakan negara yang terletak di antara Benua Australia dan Asia, serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Saat ini negara yang memiliki Sistem Pemerintahan Presidensial ini dipimpin oleh seorang Presiden yaitu Ir. H. Joko Widodo. Beliau adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Dirinya terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Selanjutnya pada Pemilu Presiden tahun 2019 beliau terpilih kembali menjadi Presiden RI bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Saat ini Presiden Joko Widodo masih menjabat sebagai Presiden RI periode 2019-2024.

Sebagai penstudi Hubungan Internasional, penulis tertarik untuk menganaslis pikiran dari Presiden Joko Widodo ini. Penulis akan menganalisis pikiran seorang presiden Jokowi melalui perspektif yang ada dalam Ilmu Hubungan Internasional. Ada dua perspektif besar yang menarik untuk diperbincangkan. Yaitu LIBERALISME dan REALISME. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis pikiran Presiden Jokowi untuk mengetahui sejalan dengan perspektif manakah pemikiran presiden Joko Widodo ini, yang selanjutnya penulis ingin menjawab pertanyaan mengenai " Pemikiran Presiden Joko Widodo apakah sejalan dengan perspektif Liberalis atau Realis?" Pertanyaan tersebut akan dijawab dalam tulisan ini.

Langsung saja penulis memberikan pembahasan lebih lanjut, perlu diketahui ketika diadakan Debat Ke-4 Capres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sabtu, 30 April 2019. Debat ini mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, dan Hubungan Internasional. Pada debat uji panelis terakhir membahas Hubungan Internasional,dua Capres yaitu Jokowi dan Prabowo diberikan pertanyaan mengenai "bagaimana strategi Capres dalam memajukan keunggulan Indonesia dalam diplomasi Internasional"

Dalam kesempatan ini Presiden Jokowi menjawab pertanyaan tersebut, beliau menawarkan potensi yang dimiliki Idonesia melalui identitas Indonesia sebagai negara muslim terbesar, potensi Indonesia sebagai mediator dan juga menawarkan produk alam dalam kegiatan ekspor.

Presiden Jokowi beranggapan bahwa kekuatan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini bisa dijadikan sebagai modal besar untuk berdiplomasi dengan negara-negara lain, termasuk juga dalam menawarkan produk-produk untuk di ekspor. Tak hanya itu, Jokowi pun percaya bahwa hal utama dari diplomasi internasional adalah kepentingan nasional, perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri dan hubungan perdagangan dan investasi dengan negara lain.

Setelah mengetahui pernyataan Presiden Jokowi tentang strateginya dalam memajukan keunggulan Indonesia dalam diplomasi Internasional. Selanjutnya pernyataan itu bisa dianalisis dengan perspektif HI. Ada dua perspektif HI yang terkenal dalam Hubungan Internasional, yaitu Liberalisme dan Realisme. Sebelum menganalisis pernyataan Presiden Jokowi, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu Liberalime dan apa itu Realisme.

Liberalisme adalah paham yang memandang positif tentang sifat manusia. Paham ini berkeyakinan besar terhadap akal pikiran manusia dan yakin bahwa prinsip-prinsip rasional dapat dipakai pada masalah-masalah internasional. Kaum liberal mengakui bahwa individu selalu mementingkan diri sendiri dan bersaing terhadap suatu hal. Tetapi paham liberalis juga percaya bahwa individu selalu memiliki banyak kepentingan dan dengan demikian dapat terlibat dalam aksi sosial yang kolaboratif dan koopratif, baik domestik maupun internasional, yang menghasilkan manfaat besar bagi setiap orang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, asumsi kaum liberalis yaitu permasalahan ekonomi seperti perdagangan dan investasi lebih relevan untuk dibahas daripada permasalahan keamanan dan konflik.

Sedangkan realisme beranggapan bahwa manusia dicirikan sebagai mahluk yang selalu cemas akan keselamatan dirinya dalam hubungan persaingannya dengan yang lain. Kaum realis ingin berada di kursi pengendali, dan meraka tidak ingin diambil keuntungannya. Mereka terus-menerus berjuang untuk mendapatkan 'yang terkuat' dalam hubungannnya dengan yang lain- termasuk hubungan internasional dengan negara-negara lain.

Kedua paham diatas sangatlah sering digunakan untuk menganalisis tentang aktor negara. Dengan demikian, pikiran kepala negara dapat dianalisis dengan paham ini. Karena dalam suatu negara pemimpin memberikan pengaruh terhadap kebijakan negara.

Berbicara mengenai analisis pikiran Presiden Jokowi . Berdasarkan jawaban Presiden Jokowi dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang menjadi hal utama adalah tentang identitas nasional, perdagangan dan investasi. Ini menunjukan adanya kaitan erat dengan pemikiran kaum liberalisme. Tak hanya itu, Jokowi pun menyinggung prihal kepentingan nasional. Beliau beranggapan bahwa yang utama dari diplomasi Internasional adalah kepentingan nasional. Ini juga menunjukan bahwa pemikiran Jokowi sejalan dengan pemikin paham Liberalis karena paham liberalis juga percaya bahwa individu selalu memiliki banyak kepentingan dan dengan demikian dapat terlibat dalam aksi sosial yang kolaboratif dan koopratif, baik domestik maupun internasional, yang menghasilkan manfaat besar bagi setiap orang baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Berdasarkan jawaban Presiden Jokowi mengenai strateginya dalam memajukan keunggulan Indonesia dalam diplomasi Internasional pada debat Capres. Dapat diketahui bahwa pemikiran Jokowi sangatlah ekuivalen dengan para pemikir Liberalisme. Entah ini hanya suatu kebetulan ataukah Presiden Jokowi memang seseorang yang begitu Liberalis. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya pemikiran jokowi tentang hubungan internasional sangatlah sejalan dengan para pemikir Liberalis. Itu tandanya mungkin saja bahwa Presiden Joko Widodo adalah seseorang dengan pemikiran yang Liberalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun