Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kami Tetap Bekerja, Breakdown hingga Telekonfrens Mengapa harus Menunggu Perintah Atasan?

30 Maret 2020   14:15 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu perintah dari atasan atas ide pada menyiasati pembelajaran di tengah-tengah wabah pandemi ini. Termasuk breakdown di dunia pendidikan harus terus dilakukan, jika menginginkan tukar nyawa. Tak perlu sinis atas sikap breakdown. Sudah banyak korban. Tak perlu ambil resiko. Antisipasi lebih baik ketimbang menunggu. 

Salut yang sudah melakukan telekonfrens yang digelar sekolah hari ini. Langkah unduh aplikasi membutuhkan waktu. Jika sudah disiapkan dari awal, maka tidak akan tertinggal. 

Operator bersabar melayani para guru yang mencoba masuk. Gagal berkali hingga tak jarang putus asa untuk tidak melanjutkan. Atau sudah terhubung tetapi terlanjur pegang setrikaan di rumah. Berabe jika ditinggal. Siapa yang bertanggung jawab kalau baju saya bolong? Ungkap salah satu teman. 

2726b5f3-51ba-48b6-adba-3f95feac2279-5e819b99d541df31844adcf2.jpeg
2726b5f3-51ba-48b6-adba-3f95feac2279-5e819b99d541df31844adcf2.jpeg

Contoh telekonfrens sebagai media yang dirasa efisien di tengah-tengah wabaha covid 19.  Kami tetal bekerja, meskipun di rumah saja. 

Bapak Kepala Sekolah beserta jajarannya mencoba ngademi hati para guru ditengah kebingungan pembelajaran online. Diskusi urun ide meringankan tugas siswa yang mengeluh. Belum lagi media yang masih jadul sebagai kendalanya. 

Kami tetap bekerja Bapak/ Ibu. Terbukti semua jajaran petinggi kami mencoba bergabung dalam kegiatan telekomfrens ini. Ibu Ka Cab.Din Kota/ Kab. Pasuruan Ibu Dr. Hj. Indah Yudiani, M.Pd, beserta Kasubdin serta Bapak/ Ibu Pengawas Pendidikan, memberi nasihat yang menyejukkan. Walau masih beberapa kalimat saja, kemudian terputus karena kejaring yang mulai lemot. 

7ab54e53-0db2-4b29-a400-fbc6dd6dd55e-5e819cd0097f3664670285a2.jpeg
7ab54e53-0db2-4b29-a400-fbc6dd6dd55e-5e819cd0097f3664670285a2.jpeg
Cukup sebagai tombo kangen dari kami para pendidik, walau barang semenit, cukup. Yang biasanya langsung tatap muka dan berdiskusi langsung dengan teman ketika ada problem dari murid-murid kami. 

Kami terus bekerja hingga siswa kami menjadi mengerti atas materi  yang kami sampaikan. Tugas sekolah tidak akan memberatkan. Tetapi tagihan tugas dapat dijadwal, begitu solusinya. 

Kamj tidak ingin dibilang  tidak bekerja. Kami punya tugas masing-masing. Kami setia dengan sumpah jabatan ini. Sama seperti sumpah jabatan para dokter di sana. Berjuang di grada depan membantu menyembuhkan pasien yang positif. 

Kami memang tidak seperti mereka para dokter. Tapi kami berjuang sekuat tenaga agar anak-anak kami tetap tinggal di rumah. Kami dampingi mereka. Kami alihkan kebosanan mereka. Tetap bertahan bersama kami.  Ini juga sebagai jawaban atas keluhan rundung yang kami alami sebagai pekerja yang makan gaji buta. Begitu keluhan salah satu sahabat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun