Oleh: Lestari N'H
Awan hitam di langit Desember berganti rinai hujan
Para undangan memenuhi pelataran
Menghadiri pernikahan dua insan
Anak-anak bermain balon sambil minum es putar
Sebagian menyantap hidangan yang berjajar
Di sudut yang berbeda musik mengalun sendu
Para orang tua meminta keroncong rembulan
Sementara yang muda menyanyikan lagu-lagu roman
Teras rumah berpayung senja
Sepasang pengantin diarak menuju pelaminan
Senyum mereka merekah
Foto sanak saudara berharap album kenangan
Pekatnya awan di bulan Desember semakin kelam
Kilat menyambar, angin berputar hebat
Tenda pernikahan porak, makanan diatas meja bercampur air hujan
Asin, hambar tak bisa membedakan
Semua orang berlarian
Berteduh berdesakan
Menyelamatkan diri dari hujan nan dasyat
Semua orang berlarian
Tak perduli bagaimana pengantin resah dan bimbang
Hujan di luar memporak harapan
Berencana bercumbu pun jadi tak berhasrat
Hujan di bulan Desember membawa pilu
Mengisahkan duka juga nestapa
Menoreh luka dan sumpah serapah
Hanya karena tak sependapat
"Dik, kita lanjut atau berhenti sampai di sini?", katamu
Aku diam. Baru kemarin petang kau ucap ijab qobul?
Ah, digelar atau ditutup? Bagiku tak penting
Usai pertikaian hebat itu, lalu kau berkata:
"Nah, Dik. Kita bermalam di teras sini saja, ya?", katamu menatapku memelas.
Sambil tungguh Subuh menjelang. Kau bercerita tentang mimpi menua bersamaku. Nyanyian lagu syaduh pelibur lara buatku
"Agar kau lupa", bisikmu
"Sayang, tak perlu kuatir. Tak akan sakit. Kalaupun sakit, sakitnya akan hilang sedikit demi sedikit", rayumu.
Aku pun terlelap, hingga suara orang mengaji di surau tanda menjelang subuh.
Pulanglah pengantin ke ibu sayang
Bertanya sebab kembali pulang
Dijawab sudah tak ada perhelatan
Sebab hujan badai sudah reda
Hujan cukup sekali hujan
Sebagai kenangan tersimpan
Bagi anak cucu di masa depan
Gempol-Pasuruan 11/02/2020