Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Balada Hujan di Bulan Desember

14 Februari 2020   22:36 Diperbarui: 14 Februari 2020   22:52 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Oleh: Lestari N'H

Awan hitam di langit Desember berganti rinai hujan

Para undangan memenuhi pelataran

Menghadiri pernikahan dua insan

Anak-anak bermain balon sambil minum es putar

Sebagian menyantap hidangan yang berjajar

Di sudut yang berbeda musik mengalun sendu

Para orang tua meminta keroncong rembulan

Sementara yang muda menyanyikan lagu-lagu roman

Teras rumah berpayung senja

Sepasang pengantin diarak menuju pelaminan

Senyum mereka merekah

Foto sanak saudara berharap album kenangan

Pekatnya awan di bulan Desember semakin kelam

Kilat menyambar, angin berputar hebat

Tenda pernikahan porak, makanan diatas meja bercampur air hujan

Asin, hambar tak bisa membedakan

Semua orang berlarian

Berteduh berdesakan

Menyelamatkan diri dari hujan nan dasyat

Semua orang berlarian

Tak perduli bagaimana pengantin resah dan bimbang

Hujan di luar memporak harapan

Berencana bercumbu pun jadi tak berhasrat

Hujan di bulan Desember membawa pilu

Mengisahkan duka juga nestapa

Menoreh luka dan sumpah serapah

Hanya karena tak sependapat

"Dik, kita lanjut atau berhenti sampai di sini?", katamu

Aku diam. Baru kemarin petang kau ucap ijab qobul?

Ah, digelar atau ditutup? Bagiku tak penting

Usai pertikaian hebat itu, lalu kau berkata:

"Nah, Dik. Kita bermalam di teras sini saja, ya?", katamu menatapku memelas.

Sambil tungguh Subuh menjelang. Kau bercerita tentang mimpi menua bersamaku. Nyanyian lagu syaduh pelibur lara buatku

"Agar kau lupa", bisikmu

"Sayang, tak perlu kuatir. Tak akan sakit. Kalaupun sakit, sakitnya akan hilang sedikit demi sedikit", rayumu.

Aku pun terlelap, hingga suara orang mengaji di surau tanda menjelang subuh.

Pulanglah pengantin ke ibu sayang

Bertanya sebab kembali pulang

Dijawab sudah tak ada perhelatan

Sebab hujan badai sudah reda

Hujan cukup sekali hujan

Sebagai kenangan tersimpan

Bagi anak cucu di masa depan

Gempol-Pasuruan 11/02/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun