Mohon tunggu...
L Ambar S
L Ambar S Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Tebaran Mahabah

26 November 2017   20:58 Diperbarui: 26 November 2017   21:33 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jatmiko tercenung. Matanya nanar menatap gedung yang bukan menjadi impiannya. Namun dia tidak bisa berontak Maknya memaksa dia untuk masuk di sekolah ini.  Irit. Dekat dengan rumah itu alasannya.

SMA Negeri 1 Klepon adalah sekolah negeri terdekat dari rumahnya dengan jarak kurang lebih sepuluh kilometer. Sekolah ini memang bukan sekolah favorit atau unggulan di kotanya sehingga peminat yang datang biasanya mereka yang merasa tidak diterima di sekolah-sekolah favorit

Sudah tiga hari yang lalu dia mendaftarkan di sekolah ini dan hari ini adalah saat penentuan dia diterima atau tidak. Sebagai anak yang memiliki nilai ujian nasional SMP murni yang tinggi, dia tidak perlu khawatir untuk tidak diterima di sekolah ini. Apa lagi setiap dia melihat jurnal, nilainya selalu bertengger di titik paling atas.

Dia menatap ke lapangan yang silau oleh terpaan sinar matahari tempat dimana papan pengumuman akan dipasang. Sementara emaknya duduk dengan gelisah. Jatmiko tidak paham apa yang dirasakan oleh emaknya. Dia membenamkan diri sambil berdoa penuh harap emaknya akan mencabut pendaftaran di sekolah ini dan memindahkannya ke sekolah yang lebih baik. Bukankah nilaiku memenuhi untuk dapat diterima di SMA yang paling favorit di kota kabupatenku, bisiknya dalam hati. Namun sepertinya harapan itu tinggal harapan.

"Nang, kata teman-temanmu kamu diterima. Mbok coba ditengok itu papan pengumumannya,"

Ucapan Maknya membuyarkan lamunannya. Maknya selalu memanggilnya dengan sebutan "Nang" -  Kenang, panggilan sayang untuk anak laki-laki di daerahnya.

Bergegas Jatmiko melangkah menuju ke papan pengumuman dan dia tidak kaget kalau namanya ada di barisan nomor tertinggi. Matanya mulai meneliti satu persatu syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi agar bisa masuk di sekolah yang baru itu.

"Bagaimana Nang, diterima to?" Yang ditanya hanya mengangguk.

"Alhamdulillah," bisiknya.

"Terus syarat-syarat apa yang harus  kita penuhi?

"Harus daftar ulang Mak.  Kalau tidak salah harus membayar satu juta," bisiknya pelan penuh kehati-hatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun