Terima kasih masalalu, untuk tiap pukulan yang begitu hebat, untuk tiap luka yang membuat kuat, untuk tiap orang yang menyembuhkan luka, untuk guru – guru yang mengajarkan banyak hal, untuk teman dan sahabat yang datang silih berganti.
Terima kasih pertemuan, untuk tiap kejutan, untuk tiap tatapan bahagia, untuk tiap jabatan tangan, untuk tiap senyum yang ramah, untuk sebentuk harapan yang nyata timbul di lubuk hati, untuk perasaan yang tidak akan terasa sepi lagi.
Terima kasih air mata, untuk sejengkal kelegaan yang tercipta, untuk hati yang sempat dihancurkan, untuk mimpi – mimpi yang tak tergapai, untuk tiap angan yang hanya menjadi angan.
Terima kasih tawa, untuk bahagia yang terurai, untuk kebersamaan yang pernah menjadi sesuatu yang manis, untuk tiap pelukan yang pernah terasa hangat.
Terima kasih harapan, pada tiap alasan untuk bertahan, untuk tetap tegak meski tertekan, untuk tetap tersenyum meski pedih mengiris, untuk secercah cahaya dari langit abu – abuku.
Terima kasih mimpi, untuk petunjuk ketika aku tak menuju pada siapapun, untuk jalan ketika tidak ada jalan, untuk tangan ketika tidak ada orang yang mengulurkan tangan.
Terima kasih perpisahan, untuk pertemuan yang manis, untuk lambaian tangan, untuk doa – doa yang menguntai dari jauh, untuk jarak yang akhirnya akan mengokohkan kerinduan.
Terima kasih segalanya, untuk segalanya.
Tebingtinggi, Oktober 2012