Mohon tunggu...
Lesley Tehuayo
Lesley Tehuayo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pattimura Personal blog https://betaleste.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peribahasa is A Good Way dalam Memberi Nasihat

16 Juli 2021   13:57 Diperbarui: 16 Juli 2021   14:35 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pexels.com)

Terkadang dalam hidup ini kita perlu dinasihati. Nasihat yang datang bisa dari orang tua, rekan kerja, teman, atau bahkan guru kita di sekolah. Nasihat yang diberikan umumnya bersifat membangun pendengarnya. Hanya saja terkadang nasihat yang disampaikan tidak didengar oleh orang yang dimaksudkan.

Daripada marah tidak keruan hingga mengeluarkan caci maki, adalah lebih baik menggunakan peribahasa. Peribahasa dapat menjadi salah satu cara yang baik dalam memberi nasihat. Peribahasa memiliki pesan yang cukup mendalam.  Peribahasa bukan hanya berupa nasihat. Namun peribahasa memiliki perumpamaan, perbandingan, prinsip hidup dan juga aturan tingkah lagu. Susunan kata yang terdapat pada setiap baris membuat peribahasa terdengar puitis. Hal ini juga menjadi satu keunikan tersendiri bagi peribahasa.

Pertama kali aku belajar peribahasa ketika aku duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat itu kami dibacakan beberapa peribahasa oleh guruku. Menurutku, pilihan katanya sangat bagus. Selain itu, perumpamaannya sesuai dengan fakta yang sering terjadi. Kami pun ditugaskan untuk mencari lebih banyak peribahasa. Hal itu medorongku untuk membeli buku kumpulan peribahasa. Ternyata ada banyak sekali peribahasa. Hal yang paling kusuka adalah peribahasa mengandung banyak sekali nasihat.  

Dari sekian banyak peribahasa yang kubaca, ada empat buah peribahasa favoritku. Pertama, "seperti air di daun talas". Peribahasa ini mengumpamakan orang yang tidak tetap pendiriannya bagaikan air di daun talas yang akan terpisah.

Kedua, "tong kosong nyaring bunyinya". Peribahasa ini mengumpamakan orang yang suka banyak bicara belum tentu memiliki ilmu yang mumpuni. Seperti tong yang kosong/belum terisi air sangat nyaring bunyinya ketika dipukul. Orang yang biasanya akan suka berkoar-koar, jika sedikit saja dipancing. Hal ini justru berbanding orang yang berisi, tetapi tidak banyak berbicara layaknya tong yang penuh berisi air.

Ketiga, "sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga". Peribahasa ini mengumpamakan manusia yang pandai dan terlihat sempurna pasti pernah melakukan kesalahan. Seberapa kuat kita berusaha, pasti saja ada kesalahan-kesalahan yang kita buat baik itu kesalahan kecil atau pun kesalahan yang besar. Hal ini selaras karena kita sebagai manusia tidaklah luput dari kesalahan.

Keempat, "air susu dibalas dengan air tuba". Peribahasa ini mengumpamakan kebaikan orang yang dibalas dengan kejahatan. Kebaikan orang diumpamakan sebagai air susu. Sementara kejahatan diumpamakan sebagai air tuba. Oleh sebab itu, kita sebagai sesama manusia haruslah tahu berterima kasih atas kebaikan orang. Kebaikan mereka harus kita ingat bahwa melalui mereka Tuhan menolong kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun