Dalam goa aku Berdoa:
"Tuhan. Gemuruh petir menari-nari di atas tiang langit. Lidah-lidah cahaya membentur setengah napas awan yang sedang menangis. Sementara Aroma Tanah seperti kota roma. Lantaran koran-koran hari ini jadi diskusi hangat bagi cangkir wajah orang-orang bertopeng."
Dalam Goa aku berdoa:
"Tuhan. Aku tak ingin jadi puisi yang menyangkalmu sebelum aku tercipta dari Cinta. Bahkan di atas gunung puisikupun tak ada tenda baitku dirikan: Untuk-Mu, suara Adzan, dan Kebangkitan."
Dalam Goa Aku Berdoa:
"Tuhan. Batu telah jadi roti di atas Tangan para penguasa. Usai janji diselimuti kehidupan penuh kerakusan. Menatang tuk menantang kebenaran, sudah terantuk batuk istana-istana para pemimpi."
Dalam Goa Aku Berdoa:
"Tuhan. Sorak dan pujian kini jadi pesta tuan-tuan yang mabuk di atas altar penderitaan banyak orang. Kidung ziarah hanya jadi luka di atas kefoyan alas kursi."
Dalam Goa Aku Berdoa:
"Tuhan. Amin."
Kediri, 22 September 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah