Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Kecil Penyair

20 September 2020   11:11 Diperbarui: 20 September 2020   11:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biarkan ku petik matamu sebagai tanda restu perjuangan, ibu.
Melukis setangkai cinta atas nama rahim yang terluka, dekatkan kembali dongengmu menaburi lucunya angin menggebuk ranting zaman. Bernapas tentang politik yang kau lipat-lipat didalam lemari Abu Nabas.

Panas dan tumitmu sengit melawan aroma pasar pagi. Tak terbagi, juga tak beragi, kau puisi yang hidup dalam arti, ibu.
Kau perempuan di tanah-tanah nanah. Dalam dada, raga kisahkan tempat berteduh. Jemuri sedih, lumpuri tabah.

Kau ajak tanganku menjahit bulan menjadikannya perlawanan, matahari yang tak menggadaikan isi kehidupan.

Ibu, Kau padi dalam mengabdi. Sejatinya perempuan adalah doa yang subur mengalir deras dibatas nadi. Nadakan hati, gandakan budi pekerti.

 Kau pengarti tentang sejatinya hidup adalah pilihan, bukan batang melati ataupun suara belati. Kendati jiwamu seperti kandil menemani api.

Ibu, biarkan debu negeri ini melakoni pesta omong kosong sebab kehadiran kita adalah tetap melawan. Kawanan politik tumpahkan cawan kemunafikan. Memilih diam bukan cemilan yang harus ditawarkan. Memilih tenang sudah tak jadi kedinginan. Biarkan ingin, tiraikan kepal tangan. Perahu pemberontak akan dilayarkan!.

Ibu, ini bukan tentang pandemi. Ini tentang masker biasa yang kau kenakan dan luar biasa yang kau tunjukkan

Kediri, 20 September 2020
Buah karya: Abdul Azis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun