Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Catatan Enam Januari

16 September 2020   20:20 Diperbarui: 16 September 2020   20:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Docpri: Abdul Azis le putra marsyah

1//

Malam ini rembulan menerpa mendung
Awan putih berarak hitam
Kicau burung menadah oase
Beranda rumah menyeduh kopi manis

Jantung puisi menengok irama silam
Meraba pinggir catatan enam Januari
Membuka keping manis luka
Berselancar bisu dalam paragraf nostalgia

Catatan enam Januari
Dinding maya menjadi saksi
Inbox lirik lotre bahagia
Menanam sepakat jalinan asmara
Waktu itu terik berseri ria

Aku menjemput ramah ceria darimu
Seraya berikrar penuh hayat
Bahwa kau titik terakhir petulangan-ku
Hari-hariku mengetuk kedamaian
Larut malam tak menyentuh penat
Perihal, teleponmu selalu menggentarkan nadi
Menerbangkan ragaku pada sisi langit ketujuh


2//
Waktu itu juga aku tak berpikir melawan arah
Tentang petaka yang mengintip tajam
Karena ragaku selalu berbisik yakin
Bahwa hubungan ini akan menuju ke tepi pelaminan

Durasi waktu menyedot fantasi
Tiang bahagia menuai lapuk
Simpati berkerut kurang perhari
Berbatas jarak tak saling kenal

Nahas!
Kau yang ku anggap malaikat
Rupanya adalah jelita bernyali topeng
Yang menjadikan rasa ini sebatas pelarian
Bibirku menganga nanar
Air mata tak tertahan jatuh
Aku terbuang dalam hamparan campak
Terbelit dalam duka cawan getir


3//
Catatan enam Januari
Tiga dekade terlampaui epik
Senyuman bibir tergores luka
Meniti bayangan tanpa harapan binar

Catatan enam Januari
Ratusan purnama mengutuk diri
Sakit mencincang aliran nadi
Merebah pada sukma ingin mati

4//
Catatan enam Januari
Apa kabar dirimu?
Perhatikanlah tanda tanya itu
Bahwa aku masih setia memegang rindu sosokmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun