Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak untuk Orang yang Dipanggil Senior

16 September 2020   17:10 Diperbarui: 16 September 2020   17:07 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pri: Abdul Azis le putra marsyah

SAJAK UNTUK ORANG YANG DIPANGGIL SENIOR

Hai senior
Salam hormat untukmu
Hari ini tak ada segelas kopi
Hanya ada narasi terang-terangan
Yang merawat kita dalam ingatan
Bahwa kita tercipta dari rekam jejak yang sama
Yaitu sebagai penyeru-penyeru nada emperan

Hai senior
Dulu kau adalah inspirasi
Karena volume kagum ku selalu meledak
Mendengar dan melihat
Suara-suaramu yang lantang
Melawan tameng-tameng kapitalis

Hai senior
Ingatanku masih mengenang
Kala aku pertama kali bertemu
Denganmu di ranah kampus
Di mana kau selalu mengajarkan petuah-petuah
Jangan sekalipun kita orang menjual diri kita
Pada rayuan rupiah

Perihal kau sangat yakin
Bahwa itu sama saja dengan remaja labil
Yang tak memegang komitmen
Di barisan minoritas

Senior
Waktu itu
Aku yang masih hijau
Masih kau bentak-bentak
Mulai mengikuti jalanmu di emperan
Untuk menggemakan keadilan
Yang dilacuri fraksi politik

Senior
Aku masih mengenang dan tetap mengenang
Tentang diri kita di emperan
Yang bersimbah basah water canon aparat
Perihal, kita mempunyai satu kesadaran
Perjuangan itu tak mengenal takut

Senior
Waktu telah berganti secara lihai
Aku tekun bersuara
Melanjutkan perlawananmu di emperan
Sedangkan kau telah menjadi orang hebat
Yang dipajang sepanjang jalan
Slogan dukungan maju wakil rakyat

Senior
Waktu itu juga aku memilihmu
Untuk mewakili minoritas
Menyampaikan jeritan kita
Bersanding harapan kau tidak goyah
Di gedung-gedung parlemen

Namun,
Semuanya telah berubah
Seperti kepompong yang menjadi kupu-kupu
Begitu juga kau senior
Tapi sayang kau tak menjadi wujud indah
Melainkan menjadi seekor lintah rakus

Kini kau adalah pengidap amnesia
Yang tekun nyinyir
Kepada aksi-aksi kami di lapangan
Sambil berkata sombong
Demonstrasi kami hanyalah kaleng-kaleng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun