Mohon tunggu...
Leony Ashram
Leony Ashram Mohon Tunggu... Guru - Terlahir sebagai Wanita Itu Anugerah, Menjadi Pribadi Kuat Itu Berkah

“I'm selfish, impatient and a little insecure. I make mistakes, I am out of control and at times hard to handle. But if you can't handle me at my worst, then you sure as hell don't deserve me at my best.” ― Marilyn Monroe

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY, Mandito Ratu, dan Masa Depan Partai Demokrat

15 Januari 2020   10:40 Diperbarui: 15 Januari 2020   10:49 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Februari 2018, sebagai Ketum PD, pak SBY menyerahkan panji Komando Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pemilu pada Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Komandan Kogasma. 

"Alhamdulilah, pada hari yang bersejarah ini kami Partai Demokrat setelah secara resmi ditetapkan sebagai peserta pemilu tahun 2019, kami telah membentuk Kogasma pemenangan pemilu 2019 Partai Demokrat dan sekaligus telah mengangkat ketua Kogasma 2019 Partai Demokrat," kata pak SBY di DPP PD, Jakarta (kompas.com, 17/2/18). 

Arah ini makin jelas manakala pak SBY memilih untuk tidak memimpin kampanye PD saat masa kampanye Pilpres dan Pileg 2019 dimulai, agar bisa mendampingi bu Ani Yudhoyono yang saat itu mulai dirawat di RS. AHY sebagai Komandan Kogasma ditugaskan memimpin langsung kampanye nasional untuk pemilu Presiden maupun pemilu Legislatif.

Sebagian pengamat memperhitungkan absennya SBY dalam kampanye berpotensi menurunkan perolehan suara PD. Tidak sedikit lembaga survei yang memprediksikan Demokrat hanya memperoleh 4-5% suara nasional, bahkan ada yang mengeluarkan angka prediksi 3,5% alias tidak lolos parliamentary threshold.

Apalagi PD berada di luar pemerintahan dan logistiknya yang terbatas. Tapi hasil perhitungan suara mematahkan prediksi ini. Dibawah pimpinan AHY, PD mengumpulkan 7,7% suara nasional dan setelah dikonversi menjadi kursi di DPR RI, setara dengan 9,7%. Jika dibulatkan, ini setara dengan 10%, sesuai target yang dicanangkan pada awal kampanye.

Ketokohan AHY juga terus melambung. Setelah sempat memimpin elektabilitas dengan 37% prediksi suara dalam kampanye Pilkada DKI 2017, walaupun kemudian kalah dengan perolehan 17% suara, AHY melejit ke panggung nasional dengan elektabilitas yang stabil tinggi.

Menjelang masa pendaftaran Capres-Cawapres untuk pemilu 2019, nama AHY bertengger dalam tiga besar kandidat dengan elektabilitas tertinggi, dari berbagai lembaga survei. 

Saat itu, walaupun beredar kabar sudah dilamar salah satu paslon, AHY tergeser dalam pat-gulipat politik yang kemudian dikenal dengan istilah 'Jenderal Kardus'.

Dalam bursa menteri menjelang penyusunan kabinet, survei-survei maupun media polling, menjagikan nama AHY. Apalagi ia sempat dua kali dipanggil oleh Presiden ke Istana, usai pemilu.

Ketika akhirnya namanya tidak masuk, beredar isu kekuatan politik dibalik Presiden khawatir masuknya AHY ke kabinet seperti memelihara anak macan. 

Beredar juga kabar bahwa nama AHY diseruduk pada menit-menit terakhir, untuk memberi tempat pada dua calon dari parpol oposisi yang mendadak bersedia berkoalisi dengan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun