Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tragedi Itu...

29 Oktober 2018   22:21 Diperbarui: 30 Oktober 2018   06:56 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada terkatakan apa

Ketika nelayan tua menjadi saksi. Kapal renta tanpa bendera lenyap, ditelan laut hitam yang diam

Laut tak bersalah,sahabatku

Nasib sering tak punya perasaan

***

Pada lain hari beda waktu. Ketika mentari belum lama menyembul di balik horison. Nelayan tua di laut yang beda menatap terpaku benda langit membelah mega melawan angin pagi.

Saban pagi ia bertolak menguji untung di laut berombak. Tak hitungan menit wajah berpaling menatap benda langit menggelepar sekejap lalu menukik liar. Tak terlalu jauh nelayan tua berkilas tatap melihat semburan air laut meninggi. 

Tsunami? Bukan!

Rajawali kecebur? Tidak juga!

Laut terguncang dahsyat. Semburan air menutup angkasa. Oh Tuhanku. Bukankah itu sebuah petaka tak berperi yang menebar maut bagi mereka yang sedang berdoa untuk keselamatan?

Menggigil nelayan tua memusing balik perahu ke pantai. Berbagi suara bersaksi pandang buatnya khalayak pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun