Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sawah itu Dulu Adalah Taman Indah Kita

27 Oktober 2018   13:12 Diperbarui: 27 Oktober 2018   20:29 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu itu sudah lama sekali jamannya. Kerap sepadan bergelut tulang mengecap juang di sawah. Saban hari merenda cerita. Tentang sebuah taman hati berbagi rasa.

Adakah yang lebih indah dari taman hati di jaman juang merangkul sunyi lembah berbaur lumpur. Sawah hijau sekitar adalah taman indah kita sepanjang detik beranjak.

***

Di taman ini selalu kita berbasa-basi. Saling raba bulu mata dan rayu. Mari buka baju melepas lelah.

Kamu tolak melintas garis merah? Aku mengerti. Kamu putri orang saleh. Aku takluk hormat tak lanjut niat.

Dulu kubisikkan ke gendang telingamu. Kita adalah generasi yang lahir di milenium hura-hura. Tatkala yang tua butuh cumbu, dan yang muda memburu candu.

Engkau membeku diam menunggu langkah di atas api membara. Ada tetes air bening dalam deru nafas berpandu syaitan dari mana. Dalam teriknya cahya siang dan irama angin menyibak daun padi menghijau. Sepi membalut hati.

Garis merah itu menjanjikan kehangatan firdaus. Awan dilingkar pelangi seribu warna.

Tidak! 

Kamu sungguh mengeras erang menolak bala. 

Aku terpaku malu. Tak lagi tega menatap mata beningmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun