Mohon tunggu...
Leonardo Juan Ruiz Febrian
Leonardo Juan Ruiz Febrian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia yang penuh mimpi. Suka memikirkan dan menulis yang penting dan tidak penting.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Jangan Bahas Metaverse, Kalau Negeri Ini Masih Menggunakan Fotokopi untuk Keperluan Administrasi

19 Januari 2022   15:07 Diperbarui: 19 Januari 2022   16:04 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presideng siapkan ekosistem digital. Sc: Gallery Photo | Sekretariat Negara (setneg.go.id) 

Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan, yaitu dunia metaverse, metaverse semacam dunia virtual di dalam internet, jadi ada dunia di dalam dunia. Jadi kita bisa membangun, membeli, serta menjual bangunan atau barang yang kita mau di metaverse, kelihatannya keren dan mustahil, tetapi kenyataannya sekarang sudah mulai dibangun.

Lupakan sejenak tentang jual dan membeli, rencananya gambaran ibu kota negara Indonesia yang baru akan hadir dalam bentuk metaverse. Terdengar luar biasa, bukan? alasannya adalah ingin mengikuti perkembangan zaman. Tidak ada yang salah dengan pemikiran seperti itu, tetapi terdengar lucu, bukan hal yang mustahil untuk terjadi.

Mengapa lucu? karena di Indonesia masih banyak kebocoran data, dan rumitnya sistem administrasi. Jika berpikir metaverse, berarti kita berpikir bahwa semua infrastruktur mengenai sistem informasi dan teknologi yang ada di Indonesia sudah maju dan tersedia aksesnya. Sementara itu kenyataannya tidak seperti itu. Masih terdapat banyak ketimpangan akses infrastruktur teknologi dan sistem informasi di Indonesia, terlebih dipelosok negeri ini. Indonesia ini masyarakatnya terbagi menjadi 5, yaitu masyarakat yang mulai memasuki 5.0, masyarakat 4.0, masyarakat 3.0, masyarakat 2.0, dan masyarakat 1.0 yang hidup dengan berburu pun masih ada di negara ini. 

Tetapi di Indonesia, untuk mengurus data saja masih menggunakan sistem fotokopi. Betul aplikasi pelayanan publik sudah ada, tetapi ketika memasuki aplikasinya disuruh untuk memotret data, KK, akte kelahiran, surat pernyataan, pertanyaannya untuk apa? kenapa tidak disatukan dengan langsung dengan sistem aplikasinya. Katanya sudah digital tetapi masih menggunakan fotokopi dan foto KTP, KK, dan lainnya. Jika sudah digital seharusnya sudah terhubung dengan penyimpanan data yang besar.

Tidak salah untuk mengikuti perkembangan zaman, namun perkembangan zaman perlu diikuti dengan kesiapan infrastruktur dan keahlian dari sumber daya manusianya. Akan menjadi sia-sia apabila infrasturkturnya sudah siap tetapi tidak ada sumber daya manusia yang mampu menggunakannya. Harus diakui bahwa saat ini manusia memasuki zaman kecepatan, dimana semua yang ada di dunia ini mampu terhubung. Meskipun hanya secara virtual tetapi pekerjaan mampu terselesaikan, luar biasa bukan. 

Pengetahuan dasar serta edukasi masyarakat mengenai hal teknologi perlu disosialisasikan. Dalam 5 tahun kedepannya bisa diprediksi bahwa akan terjadi hal gila yang dibuat oleh teknologi, karena dengan perkembangan teknologi dari yang mustahil bisa menjadi kenyataan. Lalu sebagai masyarakat perlu apa? pertama jangan terbengkalai dengan kecanggihan teknologi, manusia yang mengendalikan teknologi bukan sebaliknya. Kedua tingkatkan kemampuan diri, supaya tidak kalah bersaing.

Untuk melihat dunia kedepannya yang tidak bisa diprediksi diperlukan kesiapan dalam pengetahuan. Memahami bagaimana sistem itu bekerja dan  selalu belajar supaya tidak tertinggal dengan zaman. Salam sehat dan tetap kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun