Mohon tunggu...
Leonardo Eddyson
Leonardo Eddyson Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

ppksurabaya.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Salib", Sekadar Simbol atau Sesuatu yang Dapat Dihidupi?

18 Agustus 2019   22:29 Diperbarui: 18 Agustus 2019   22:41 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salib

Saya jadi teringat kata- kata Sadhguru, seorang India, Ulama Hindhu yang mengatakan bahwa konflik terjadi antar agama karena Anda (maksutnya perspektif pribadi penganutnya) menganggap agama sebagai sebuah sistem, padahal  sesungguhnya itu sebuah metode yang bekerja ke dalam hati kita.

Salib, bagi orang Yahudi, yang mewakili tipe orang yang "untuk segala sesuatu, harus didasarkan atau ada ayat-ayatnya di Kitab Suci", maka Salib adalah suatu Batu Sandungan, suatu Duri dalam Daging yang bikin meradang karena tak sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki atau sukai.  Salib, bagi orang Yunani, yang mewakili tipe orang yang "untuk segala sesuatu, harus didasarkan pada Logika, Bukti Ilmiah", maka Salib adalah suatu Kebodohan.

Untuk tipe orang yang pertama, Yesus Kristus pernah diminta menunjukkan Tanda, Apakah Tandanya jika Ia memang Al-Masih, dan karena Yesus Kristus sudah berkali-kali berhadapan dengan kelompok seperti ini dan sudah paham kalau yang namanya benci atau dengki maka tak akan pernah ada Tanda apapun yang bisa memuaskan mereka, maka Ia mengatakan bahwa Bagi mereka tak ada tanda lain yang akan ditunjukkan selain Tanda Yunus -- maksutnya Ia akan ditelan oleh Kuasa Kematian/Maut seperti Yunus ditelan Ikan selama 3 hari sebelum akhirnya dimuntahkan oleh ikan besar atau Maut itu (selengkapnya : Injil Matius 12:38-42).

Sesungguhnya Batu Sandungan & Kebodohan itulah yang membuat 99% murid Yesus Kristus tidak bersedia mengingkari imannya atau murtad sampai ajalnya, walaupun mereka harus membayarnya dengan cara menemui ajalnya melalui derita : dilemparkan dari menara Rumah Ibadat, diseret hidup-hidup dengan kuda puluhan kilometer, dicambuk dan dikuliti tubuhnya, ditusuk kayu runcing dari dubur hingga ke badannya dan dibakar hidup-hidup sebagai obor, dilempari batu sampai mati, dilemparkan ke kandang singa lapar yang mencabik-cabik tubuhnya, dimasukkan ke dalam penggorengan minyak panas, atau disalibkan persis seperti Gurunya. 

Mengapa mereka memilih cara yang menderita saat ajal seperti itu, bukankah lebih mudah untuk menuruti kemauan Penguasa saat itu untuk murtad saja ? Sebab mereka semua telah mengalami, melihat Keajaiban Yang Terbesar saat menjalani Hidup bersama-sama dengan Gurunya itu dan menyaksikan sendiri semua peristiwa yang dikatakan sebagai "Batu Sandungan atau Kebodohan" itu. Keajaiban itulah yang tidak bisa mereka pungkiri, karena mereka mengalaminya, bukan seperti kita yang cuma bisa mendengarkan kesaksiannya di masa kini, tetapi mereka ini Mengalaminya Sendiri !  

Lalu Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi terus sampai ke masa kini ?  Jawabnya adalah karena Gurunya itu benar-benar Bangkit dan Hidup dan Menjumpai dan Memilih Sendiri di sepanjang garis waktu dan jaman, Memilih orang-orang yang dikehendakinya untuk diselamatkan dan dipakai olehNya sebagai alat kerja di tanganNya tanpa bisa dibatasi oleh Ruang-Waktu-Ras-Filosofi-Logika-Agama atau batasan apapun juga yang bisa dibuat oleh pikiran kita. Siapa saja bisa dipilihNya untuk mengalami sendiri Keajaiban itu, karena Ia  tidak dapat dibatasi oleh apapun juga.

Kembali saya teringat akan video Youtube pada acara talk-show Conversation with The Mystic dengan Sadhguru dimana dia mengatakan bahwa Seluruh Kehidupan/Kosmos/Semesta ini adalah Keajaiban, tetapi kita memaksa agar seluruh kosmos ini masuk ke dalam kerangka berpikir kita sendiri, dan ketika ada yang tidak bisa masuk kedalam kerangka berpikir kita, maka kita menolaknya, dan pada saat kita menolaknya, maka kita sudah kehilangan Keajaiban itu seluruhnya.

Salib, hanya akan menjadi Keajaiban dan Anugerah yang Besar ketika orang menerimanya bukan sebagai "Yahudi" atau "Yunani", tetapi sebagai Manusia, sebagai Makhluk Ciptaan, sebagai Hamba yang papa dan rendah, apapun latar belakang hidupnya.  Dan karena "Salib" itu tidak pernah minta untuk dibela-bela atau dikawal-kawal, maka yang sudah merasakan Keajaiban Salib itu pasti memilih untuk berdoa, semoga semua Kebaikan, Kasih Sayang dan Pengampunan dicurahkan kepada orang-orang yang berprasangka buruk kepadanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun