Mohon tunggu...
Leo Dimas
Leo Dimas Mohon Tunggu... -

Penulis amatir lepas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perjalanan Waktu

15 Juni 2011   11:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah berpikir soal perjalanan waktu? Perjalanan waktu adalah sebuah teori perihal kita dapat melompati ruang - waktu. Ruang - waktu itu apa? Ruang - waktu adalah gabungan empat dimensi (tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu)yang sedang kita jalani sekarang ini. Kalau kita lihat jam di manapun, kita lihat selalu berdetak. Waktu tersebut terus berjalan maju, tanpa mengenal lelah dan tanpa kenal kata "mundur". Kalau ruang - waktu satu arah, apa yang terjadi soal perjalanan waktu? Waktu memang bergerak searah. Akibatnya, kita hanya bisa bergerak maju. Namun bagaimana jika kita bisa mempercepat pergerakan maju kita? Kalau kita bayangkan, ruang - waktu mungkin seperti kertas yang dilipat. kalau kita ambil suatu titik di satu sisi dan titik lagi di sisi yang lain, kita harus mengambil jalan memutar untuk menghubungkan kedua titik itu. Namun apa yang terjadi, jika kita melubangi titik tersebut dan melubangi titik yang lain, lalu menghubungkannya? Akan lebih mudah menghubungkannya bukan? Teori ini disebut dengan "Wormhole". Keberadaan teori ini merupakan langkah besar dalam mimpi manusia melakukan perjalanan waktu. Namun, kita memiliki kendala yang sangat besar. Bagaimana cara kita membuat "wormhole" itu? Apakah ada "wormhole" alami? Tentunya apabila kita sudah mampu melubangi ruang - waktu, akan diperlukan sebuah materi untuk membuat terowongannya, dan untuk menjaga agar lubang cacing itu dapat terbuka. Namun materi apa itu? Jawaban atas pertanyaan itu masih kabur. Namun jawaban atas salah satu kebutuhan tadi sudah cukup jelas. Satu hal yang dibutuhkan adalah "gravitasi".

Gravitasi yang sangat besar mampu membelokkan dimensi. Tetapi kendala kita adalah : kita perlu gravitasi yang sangat besar agar bisa menembus ke ruang - waktu yang lain. Namun, untuk menghasilkan gravitasi yang besar, diperlukan materi yang besar pula. Pertanyaannya, dari mana kita bisa mendapatkan materi yang banyak itu padahal kita masih belum tahu jarak antara kedua titik di ruang - waktu. Akibatnya diperlukan alternatif kedua, yakni menggunakan peluang di mana kedua titik yang berbeda saling menggunakan gravitasi yang cukup sehingga pembelokan itu saling terhubung dan membentuk terowongan. Namun, sekali lagi, kita tidak tahu berapa jaraknya sehingga sulit memperkirakan gravitasi yang diperlukan, dan merupakan suatu kebetulan yang amat luar biasa apabila di suatu sisi melakukan hal yang sama dengan yang di sisi lain. Akibatnya, usaha ini nyaris sia - sia apabila dicoba. Ada sebuah cara lain. Bagaimana jika kita mampu bergerak secepat cahaya? Kita lihat saja matahari. Cahaya matahari butuh 8 menit untuk mencapai bumi. Alhasil, kalau kita melihat matahari, kita melihat masa lalu, sekitar 8 menit yang lalu.  Maka, jika kita bergerak dengan kecepatan cahaya, waktu akan berjalan lebih lambat bagi kita. Ini menjadi jawaban baru dalam melakukan perjalanan waktu. Namun, bagaimana caranya kita mencapai kecepatan 299.792.458 m/s? Mungkin yang sering balapan mengetahui fakta ini, bahwa semakin tinggi kecepatan kita, semakin berat badan kita, dirasakan melalui tekanan yang semakin membesar. Akibatnya, karena massa tubuh semakin besar, diperlukan energi yang lebih besar lagi untuk menggerakkannya. Kesimpulannya, dibutuhkan energi yang sangat besar untuk menjalankan sesuatu menjadi secepat cahaya. Mungkin saja seluruh energi di bumi tidak mencukupi kebutuhan energi untuk bergerak secepat cahaya. Akhirnya, usaha ini juga nyaris sia - sia. Bagaimana jika kita mampu melakukan perjalanan waktu? Pernah dengar kata "Paradoks Waktu"? Aku sendiri sulit menjelaskannya. Namun, dengan penggambaran ini, mungkin makna paradoks waktu akan lebih mudah dipahami : Jika kita berjalan ke masa lalu dan secara tidak sengaja membuat orangtua kita tidak jadi menikah, apa yang terjadi dengan eksistensi kita? Pastinya akan menghilang. Lantas bagaimana nasib kita? Kita akan menghilang ke dalam ketiadaan, tanpa ada jejak bahwa kita pernah hidup di dunia. Mungkin Tuhan YME memang tidak menginginkan kita melakukan perjalanan waktu. Namun karena terbentuknya waktu, tidak mungkin dicegah pemikiran untuk melakukan perjalanan waktu. Akhirnya, usaha untuk melakukan perjalanan waktu dipersulit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun