Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan taman bacaan untuk pendidikan anak-anak kampung. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Bermukim di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Penulis buku "31 Relawan Menulis untuk Literasi" dan "Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan". Salam literasi ya ..!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Membaca untuk Empati ...

8 Februari 2025   06:48 Diperbarui: 8 Februari 2025   06:48 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca untuk empati (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Membaca untuk Empati bukan Pintar.

Benar kata banyak orang. Membaca buku itu bukan untuk pintar atau cerdas. Tapi untuk memacu kelembutan dalam memandang hidup dan dunia. Untuk memacu sikap empati, suatu kemampuan untuk memahami perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain. Berempati, berarti mau menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain. Melihat masalah dari sudut pandang orang lain.

Sementara orang yang membaca buku hanya untuk pintar. Ujungnya tumbuh jadi manusia yang arogan, sombong, dan sangat subjektif. Tidak punya empati dan hanya percaya pada sudut pandangnya sendiri. Padahal, empati merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial manusia. Hanya empati yang dapat membantu seseorang dalam membangun hubungan baik dengan orang lain.

Ketika membaca untuk empati, maka siapapun dapat memahami perasaan orang lain, di samping mampu memberikan respon yang tepat pada segala keadaan. Bila ada hubungan yang kuat dan bermakna hingga kini, diawali karena membaca untuk empati. Membaca untuk memperkuat hubungan sosial, menhindarikonflik dan memberi dukungan emosional. menjauhkan diri dari sikap sombong dan egois serta melatih kepemimpinan.

Membaca, memang untuk mengembangkan empati sekaligus membiasakan bergelut dengan perspektif yang berbeda dengan orang lain. Mamahami apa yang dirasakan orang lain, mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan mau mendengarkan bukan melulu menghakimi. Dengan membaca, kita tidak hanya belajar fakta atau informasi baru, tetapi juga memahami emosi, pengalaman, dan sudut pandang orang lain.

Haruki Murakami menyebut bahwa buku memiliki kekuatan untuk membentuk kepekaan dan empati, sehingga kita mampu melihat dunia dengan cara yang lebih manusiawi, penuh pengertian, dan tidak menghakimi. Membaca menjadi jalan untuk mendidik pikiran sekaligus melembutkan hati.

Kelembutan hati itu penting. Selain untuk mengurangi stres, hati yang lembut pun terbukti mampu meningkatkan kreativitas dan menjauh dari rasa insecure plus melatih fokus untuk hal-hal yang penting, bukan untuk yang tidak bermanfaat.

Maka bacalah bukan untuk pintar. Tapi untuk melatih empati diri. Salam literasi! #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #TamanBacaan

Anak-anak yang membaca bergerombol (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Anak-anak yang membaca bergerombol (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun