Mohon tunggu...
Runia Hana
Runia Hana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Antara Tradisional dan Milenial Hingga Wisata dan Berkah

11 Januari 2019   19:41 Diperbarui: 11 Januari 2019   19:54 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Antara Tradisional dan Milenial hingga Wisata dan Berkah
Oleh: Ainur Trihana Indrawati (Mahasiswa Pasca Sarjana UMM)

Serabi, pasti bukan makanan yang asing lagi bagi masyarakat luas. Serabi  berasal dari bahasa sunda yaitu "sura" yang berarti besar. Serabi dinyatakan sebagai makanan tradisional khas jawa karena lebih populer di pulau ini. Surabi memiliki bentuk yang mirip dengan pancake (kua jaman milenial) namun lebih kecil dan tebal.

Serabi umumnya terbuat dari tepung beras atau terigu yang dibakar dengan menggunakan alat tradisional yaitu tungku dan cetakan dari tanah liat. Jika pancake punya saus dengan berbagai pilihan rasa, kue serabi juga memiliki kuah atau saus yang terbuat dari gula jawa sesuai dengan cita rasa nusantara, bahkan serabi kini banyak disajikan dengan mayonaise, dark chocolate atau dengan toping ayam, sosis, dll. Kuah yang terbuat dari campuran gula jawa dan santan kelapa itu, biasa disebut dengan kinca.
 
Tak ketinggalan membaca pasar konsumen di dunia kuliner, Kota Batu, sebuah kota yang sedang menbranding diri dengan sebutan kota wisata ini juga membuat sebuah kegiatan yang bertemakan serabi. Festival serabi suro, sebuah ritul suro yang dipadukan dengan arak-arakan tumpeng yang terbuat dari serabi. Hal tersebut ternyata cukup mengundang perhatian masyarakat, khususnya kaum wisatawan. Festival ini digelar untuk menjalin silaturahmi dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya lokal. Banyak sekali wisata budaya yang dapat dilihat dari pagelaran acara tersebut. 

Pertama wisatawan dapat melihat proses pembuatan tepung beras ketan, tidak menggunakan mesin selep ataupun blander akan tetapi mengunakan alat tumbuk sederhana yaitu alu dan lumpang. Selanjutnya adanya ritual selamatan, selamatan diyakini oleh beberapa golongan masyarakat sebagai ritual doa dan nyampaian rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan sang pencipta. 

Tak ketinggalan, kostum yang dipakai oleh peserta festival tersebut juga mengundang wisatawan untuk hadir, karena disana peserta mengenakan baju adat daerah dipadukan dengan iring-iringan music tradisi gamelan yang membuat pagelaran menjadi semakin menarik bagi wisatawan karena dapat belajar berbagai budaya dalam satu pagelaran.

Di era milenial ini makanan-makanan tradisional seakan kembali memiliki tempat di hati masyarakat. Tak kalah dengan makanan-makanan modern seperti pizza, burger, dan lainya serabi adalah salah satu makanan tradisional sampai saat ini ada di hati masyarakat. Otlet serabi juga mulai dapat dijumpai salah satunya di lokasi yang dulu pernah digunakan festival serabi suro. 

Dusun Dadaptulis Kelurahan Dadaprejo Kota Batu. Outlet tersebut sebagai bukti adanya kebermanfaaatan jajanan tradisional untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Selanjutnya di  Kota Malang juga dapat kita jumpai deretan-deretan penjual serabi yang sudah melegenda. Surabi imut, sajian makanan tradisional dngan 40 aneka rasa dan topping yang tak pernah sepi pengunjung. Tempat tersebut dapat kita jumpai di Jl. HOS Cokroamito Gang IV No 85 Pasar Klojen Kota Malang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun