Konon ada yang berkata, "Jangan terlalu sering meminta maaf! Terkesan kurang percaya diri.. " Kebiasaan meminta maaf yang bertubi-tubi pasti langsung membawa ingatan kita pada sosok karakter komedi Mpok Minah. Bahkan ada yang menjuluki beliau ini sebagai "Queen" of Minta Maaf. Gimana nggak, hampir setiap kalimatnya selalu diselingi kata "maaf". Bukannya merasa tenang, yang mendengarnya justru semakin sebal.
By the way, yang masih ingat ekspresi dan tingkah lakunya yang bikin gemes, fix termasuk angkatan lama hehehe. Bayangin aja, komedi situasi Bajaj Bajuri pertama kali ditayangkan pada 2002 dan berakhir pada 2007 silam. Itu lima belas tahun lalu! Uniknya, setiap karakter di dalamnya begitu membekas, termasuk Mpok Minah yang sebenarnya bukan pemeran utama.
Sosok Mpok Minah digambarkan sebagai wanita yang berjiwa lembut. Dikit-dikit minta maaf, meski tidak melakukan kesalahan. Kebiasaan itu membuatnya terkesan kurang percaya diri. Namun, ada juga yang berpikir positif: tidak ingin memicu konflik, lebih senang damai, biar semua baik-baik saja.
Berkaca dari itu, ternyata pendapat orang tentang "meminta maaf" itu berbeda-beda. Bagi pihak tertentu, meminta maaf seolah-olah dihindari karena takut disamakan dengan Mpok Minah dianggap kurang percaya diri. Ada juga yang memegang kuat-kuat prinsip, "kalau tidak salah, buat apa minta maaf?".
Kesulitan Meminta Maaf
Dari pengamatan saya, ada beberapa alasan orang begitu sulit mengucapkan maaf. Entah dalam posisi salah atau benar.
Pertama, tidak terbiasa melakukannya. Ada kok yang sejak kecil tidak pernah dididik oleh orang tua untuk meminta maaf. Alhasil, ketika dia dewasa, dia mengalami kesulitan untuk melakukannya. Bisa juga karena orang tua tidak pernah mencontohkan hal itu. Ketika berada dalam situasi harus meminta maaf (karena melakukan kesalahan), dia sebisa mungkin menghindarinya.
Kedua, selalu merasa benar. Adalah insting manusia yang selalu ingin dianggap benar. Kalaupun akhirnya merasa salah, itu setelah melalui beberapa waktu atau proses. Ketika orang-orang seperti ini disadarkan, mereka tidak akan menerima dengan mudah. Pembelaan diri akan terus membuat mereka bertahan. Bukan introspeksi, mereka akan menyalahkan orang lain lebih gencar dengan celah apa pun yang bisa digunakan.
Ketiga, merasa orang yang bersalah itu lebih rendah. Karena meminta maaf dianggap hanya dilakukan oleh orang-orang yang bersalah. Sedangkan orang-orang yang bersalah selalu dianggap lebih rendah. Ketika meminta maaf, harga dirinya jadi tercoreng. Padahal, siapa sih di dunia ini yang nggak pernah berbuat salah? Mungkin pada waktu dan kesempatan itu, kitalah yang benar. Tapi bagaimana di waktu yang lain?
Keempat, tidak pernah introspeksi diri. Bagaimana meminta maaf kalau tidak pernah introspeksi diri? Ini berbeda dengan selalu merasa benar. Ini adalah tipe orang yang terlalu "positive thinking". Hidup bagi mereka berjalan dengan lancar dan aman. Ketika orang lain bersikap berbeda, mereka memang sedikit terganggu, tapi ya udah begitu saja. Tidak pernah melihat ke dalam diri sendiri untuk mengecek di mana letak masalahnya.