Mohon tunggu...
Leni Marlins
Leni Marlins Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

hobi menulis tentang banyak hal untuk menyampaikan ide

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Terima Kasih, Usaha Kami Tetap Bertahan Karena Kalian

14 Januari 2021   20:00 Diperbarui: 14 Januari 2021   20:27 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rak minimalis by Geyu Artwork (dokpri)

Sebagai karyawan selama belasan tahun, mengandalkan gaji bulanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah kebiasaan yang tak mudah diubah. Meskipun keadaan ekonomi tak berlebihan, ada kepercayaan diri karena tiap awal bulan pasti ada pemasukan. Misalkan pun kurang dan meminjam uang kepada orang lain, kita masih bisa bilang dengan yakin, "Bayar bulan depan, yaaa.."

Pilihan Dilematis

Pandemi "menghajar" seluruh sendi kehidupan manusia tak tanggung-tanggung. Hal yang paling terasa adalah gelombang PHK besar-besaran yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Karyawan dirumahkan karena perusahaan sulit untuk bertahan di tengah pandemi. Selain PHK, ada pula yang mengalami pemotongan gaji sekian persen. Padahal, meskipun gaji dipotong, tagihan jalan terus. Sebagian yang lain terdampak secara tidak langsung, tetapi akhirnya tetap menyebabkan kerugian material.

Hal yang terakhir inilah yang kami rasakan. Dampak pandemi begitu nyata ketika anak tak lagi bisa dititipkan di daycare (pertama, daycare tak beroperasi, dan kedua, khawatir pada penularan virus). Sementara itu, kedua orang tua harus bekerja seperti biasa. Lalu, harus bagaimana? Setelah melalui pertimbangan yang tidak mudah, kami memutuskan kalau salah seorang harus menemani anak di rumah. Ya, di saat banyak orang berusaha mempertahankan pekerjaan, pilihan resign "terpaksa" harus diambil.

Jelas berat karena pemasukan bulanan pasti berkurang. Saatnya mengucapkan selamat tinggal pada kestabilan hidup yang sebelumnya dinikmati. Namun, tak ada jalan keluar lain yang memungkinkan untuk diambil. Awalnya, kondisi ini ibarat simalakama; dua-duanya penuh risiko. Setelah direnungkan dengan kepala jernih, harusnya tak perlu galau dan ragu. Kesehatan anak harus menjadi prioritas dalam keluarga. Karena itu, tiap kami kembali mempertanyakan keputusan itu, poin inilah yang selalu kami ingat; anak berhak untuk dilindungi oleh orang tua. Soal risikonya, itu sepenuhnya tanggung jawab kami.

Mulai Berbinis

Ketika pemasukan berkurang, ada dua hal yang bisa dilakukan agar kehidupan tetap berjalan dengan baik dari segi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pertama, mengurangi pengeluaran. Dan kedua, menambah pemasukan dari sumber yang lain.

Untuk mengurangi pengeluaran, ada banyak tips yang bisa dibaca dan dipraktikkan. Kami berusaha untuk menerapkan tips yang paling sesuai dengan kondisi keluarga. Nah, strategi yang kedua inilah yang ingin saya bahas di tulisan kali ini. Seperti yang sudah pernah saya tulis di salah satu artikel sebelumnya, kami berusaha bertahan dengan memanfaatkan kemampuan menjual. Ini tidak mudah karena kami minim pengalaman di bidang pemasaran. Jadinya, hasilnya malah bikin ketawa miris.

Seiring dengan periode jual-menjual, kami mulai memikirkan bisnis jangka panjang. Setelah resign, solusi untuk menyeimbangkan kembali pemasukan dan pengeluaran paling mungkin dengan membangun usaha sendiri. Namun, apa pilihannya? Sebenarnya, ada banyak ide yang berseliweran di kepala, termasuk di antaranya kuliner. Jual beli makanan merupakan peluang bisnis yang tak pernah mati. Namun, kami terkendala pada proses produksi yang cukup panjang. Belum lagi karena pesaingnya sangat banyak.

Okelah, apa lagi nih yang bisa dilakukan? Iseng-iseng pada suatu sore, suami menyibukkan diri dengan memotong-motong kayu sisa di depan rumah. Ternyata, ia sedang membuat rak bumbu sederhana. Bikinnya cepat sekali dan hampir tanpa kesulitan, padahal hanya menggunakan peralatan seadanya. Saya terheran-heran, "Loh, ternyata bisa bikin beginian, ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun