Mohon tunggu...
Leni Marlins
Leni Marlins Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

hobi menulis tentang banyak hal untuk menyampaikan ide

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seni, Membuka Pikiran dan Menyatukan Perbedaan

31 Maret 2018   16:48 Diperbarui: 31 Maret 2018   17:00 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya Apri Susanto, The Flow of Life, menghias salah satu dinding di area Gaia Cosmo Hotel

Seni adalah elemen yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sayangnya tak semua orang menyadari hal itu. Padahal, hampir seluruh aspek kehidupan manusia memiliki keterkaitan dengan seni. Yang mengaku tak berjiwa seni sekali pun pasti pernah terpesona oleh  keajaiban seni, entah dalam wujud apa. 

Karena ukurannya relatif dan (sering kali) subjektif, akhirnya seni menjadi konsumsi dan dominasi segelintir orang. Dalam kelompok para kutu buku, misalnya, ada karya yang sesastra-sastranya, ada pula yang bersifat remeh, dipandang sebelah mata--karena hanya mengangkat tema yang populer dan kekinian.

Dikotomi ini akhirnya didobrak oleh orang-orang yang berhasil melewati batas idealisme. Seni bukan lagi hanya sesuatu yang sulit dipahami, seni juga bisa berupa sesuatu yang sederhana, indah dengan caranya sendiri. Pengertian terhadap makna tersebut mengantarkan manusia atau penikmat seni untuk terbuka cara berpikirnya. Tidak lagi mematok ukuran seni dalam sebuah batas-batas konvensional. 

Jadi, seni yang baru adalah sesuatu yang berbeda, yang jauh dari keterkungkungan pada sesuatu yang sudah pakem di tengah masyarakat. Karena seni itu bebas, tak terikat.

Ludira Yudha sedang memperagakan cara membentuk kawat galvanis
Ludira Yudha sedang memperagakan cara membentuk kawat galvanis
Entah bagaimana, hal itu dengan sukses disampaikan oleh Ludira Yudha, seorang seniman Jogja, melalui karya-karyanya, "Explores the limitation of human understanding and reach in the universe." Ludira memanfaatkan kawat galvanis yang berdiameter kecil untuk menciptakan sebuah karya seni yang menarik perhatian. Dalam sekilas sesi workshop, ia mengajak seluruh peserta untuk mencoba berbagai bentuk dari batang kawat galvanis yang polos, monoton, dan cenderung membosankan.

Hasilnya? Anda bisa melihat karyanya yang inspiratif di Gaia Cosmo Hotel. Karya yang diberi label Unknown Organic ini terpampang megah di dinding. Warnanya masih senada, tetapi berkat permainan cahaya, ada unsur kecerahan pada beberapa bagian. 

Ludira sendiri mengakui, menekuk-nekuk kawat galvanis adalah pekerjaan yang membosankan. Untuk menciptakan Unknown Organic itu, ia harus membentuk ratusan kilogram kawat galvanis menjadi bulatan-bulatan kecil hingga membentuk sebuah objek yang begitu besar. Wow! Proses ini baginya bukan hanya membentuk sebuah benda, tetapi juga membentuk jiwa dan karakter menjadi lebih kuat melawan keinginan untuk mengerjakan hal lain.

unknown organic
unknown organic
Bukan hanya Unknown Organic, di Gaia Cosmo Hotel juga dapat ditemukan beberapa karya seni lain yang tak kalah apik, seperti Migration (Dedy Shofianto), 778540 LK (Dery Pratama), It Grows (Ivan Bestari), dan The Flow of Life (Apri Susanto). Para seniman ini mengeksplor setiap kemungkinan untuk menciptakan sebuah objek yang mampu mewakili kata seni tersebut.

Gaia Cosmo Hotel berkolaborasi dengan para seniman ini untuk memperkenalkan seni kepada masyarakat, khususnya tamu hotel. Seni, bagi Gaia, adalah sesuatu yang sangat penting. "Without art, life is poor and sad... Art is what is left behind after a generation goes." Jadi, seni adalah warisan yang tak lekang oleh waktu, akan terus dikenang.

Kesempatan inilah yang ingin diberikan Gaia--karena jujur saja, masyarakat belum sepenuhnya memiliki akses menuju karya-karya seni yang membuka pikiran. Menariknya lagi, bukan hanya karya para seniman saja yang patut dinikmati di Gaia Cosmo Hotel, tetapi juga arsitektur dan desain tata ruang hotel ini. Semua diatur sedemikian rupa, penuh makna filosofis.

pola yang terinspirasi dari ritme dan melodi gamelan
pola yang terinspirasi dari ritme dan melodi gamelan
Misalnya, pada bagian lobby, Anda akan mendapati dinding yang dihiasi oleh pola garis-garis jarang dan rapat. Desain ini terinspirasi dari melodi dan ritme musik tradisi Gamelan. Kemudian, ada juga kawat-kawat yang membentuk dinding tembus pandang. Desain ini bermula dari konsep pembuatan batik. Furnitur yang digunakan pun dibuat secara handmade dan menggunakan bahan-bahan dari alam seperti rotan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun