Di suatu desa yang asri tinggal lah cicak di dinding dalam kandang ayam. Tinggal pula keluarga ayam dalam kandang ayam. Mereka hidup rukun meskipun berbeda jenis. Keluarga cicak terdiri dari ayah, ibu dan anak sedangkan keluarga ayam terdiri dari ayah,ibu dan dua anak.
Suatu hari, anak cicak itu berkata " Enak ya menjadi ayam, makan disediakan, rumah disediakan, bahkan ketika akan bertelur pun di manjakan" gerutunya. "Tidak boleh begitu nak, kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang, bagaimanapun keadaanya inilah yang terbaik yang diberikan oleh tuhan untuk kita" Kata ayah cicak.
Anak ayam yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka berdua pun menanggapi dengan entengnya " haha memang enak jadi sepertiku. Memangnya kamu, sekedar makan saja  mencari sendiri, tempat tinggal saja menumpang pada kami". Kata si anak cicak. Ayah cicakpun tersenyum menanggapi perkataan anak ayam.
Waktu terus bergulir dengan cepatnya. Keluarga cicak yang tadinya hanya bertiga pun bertambah banyak dengan kehadiran keluarga baru. Perkembangbiakan cicak dengan cara ovovivipar membuat cicak mampu mengeluarkan dua atau lebih telur dalam sekali kehamilan tergantung dari jenis cicaknya. Berbeda halnya dengan si ayam yang banyak kehilangan satu persatu keluarganya , karena ada beberapa yang masuk ke dandang untuk dikonsumsi.
Meskipun pada umumnya ayam lebih sering bertelur dan menetaskan anak ayam yang baru. Namun kenyataanya kebutuhan ayam untuk dikonsumsi yang semakin meningkat membuat jumlah ayam dikandang tersebut hanya tersisa satu ayam yakni si anak ayam. Dengan berat hati, ia harus menerima kehidupan barunya yang sebatang kara.
Ia melihat begitu bahagia sekali keluarga cicak. Ia merasa iri bahkan menyesali apa yang dikatakannya waktu itu kepada keluarga cicak. Kini tinggal dirinya lah yang menunggu kapan waktunya untuk dimasukkan kedalam dandang oleh manusia.
"Hahaha , kini kau sendirian tak punya siapapun" cela si anak cicak dengan penuh tawa. Sang anak ayam yang memperhatikan anak cicakpun hanya terdiam sedu. Ibu cicak yang mengetahui tingkah anaknya kemudian menegurnya "Nak, tidak baik seperti itu, bagaimanapun dia adalah temanmu, keluarga kita" kata ibu cicak. "Tapi bu, dulu ia meremehkan kita, dulu ia mengejek kita" bela si anak cicak.
Masih dengan suasana kesal antara anak cicak dan anak ayam. Tiba-tiba terjadilah suatu peristiwa yang terduga. Bencana alam memporak porandakan rumah penduduk. Begitu juga dengan kandang ayam yang menjadi tempat tinggal keluarga cicak dan keluarga ayam. Angin besar meluluhlantakkannya.
Nasib keluarga cicak pun terhimpit puing puing, mereka mati satu persatu kecuali anak cicak. Anak cicak tersedu sedu melihat semua meninggalkannya, ia harus kehilangan sosok yang sangat ia cintai, seluruh keluarganya terutama ayah dan ibunya.
Anak ayam berhasil kabur, usianya yang tak lagi anak-anak membuatnya ia sanggup belajar mandiri sejak hidup sebatang kara. Ia harus meneruskan hidupnya, bukan saja tinggal seorang diri , namun tanpa majikannya yang terdahulu memeliharanya.
Suatu ketika setelah semua kejadian itu, bertemulah anak cicak dan anak ayam tanpa disengaja. Mereka saling meminta maaf karena saling ejek dulu. Mengapa mereka tidak memiliki keluarga yang baru. Karena mereka adalah anak ayam jantan dan anak cicak jantan.