Mohon tunggu...
Lely Suryani official
Lely Suryani official Mohon Tunggu... Guru - Guru SD
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya terlahir dengan nama LELY SURYANI. Saat ini saya sebagai guru di SD N 1 Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah, Kode Pos 53475

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kututup Lembaran Usang, Aku Ikhlas Kau Dengannya

27 Agustus 2022   22:17 Diperbarui: 27 Agustus 2022   22:30 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kututup Lembaran Usang,Aku Ikhlas Kau Dengannya

Oleh : Lely Suryani

Senja temaram mulai terlihat manja di ufuk barat, pertanda  malam akan segera tiba. Terlihat Naiha duduk termenung bermuram durja. Dari wajah kusutnya terlihat jelas ada guratan kesedihan. Naiha teringat kembali  kejadian yang nyata di depan matanya. Naiha tak habis pikir, orang yang begitu disayanginya, bermain sering di belakangnya.

Suara adzan yang lamat - lamat terdengar dari masjid, belum  menggemingkan duduk Naiha yang tenggelam dalam lamunan. Suara itu membuat  Naiha semakin dalam menembus relung - relung jiwa untuk bersikap bijaksana. 

Begitu suara ibunya memanggil namanya dengan suara keras sebagai ciri khasnya, Naiha berjingkrak kaget. Naiha langsung berdiri dengan jantung yang berdegup kencang.  Lamunan Naiha buyar seketika, dalam hati hanya berkata , " aku rela, aku ikhlas  kau  dengannya, yang penting kau bahagia bersamanya ".

Dari keterkejutan yang datang tiba - tiba, Naiha hanya menjawab singkat  panggilan ibunya tersebut "Inggih  Bu... dalem..." Selanjutnya Naiha menuju ke kamar ingin mempersiapkan peralatan mandi dan ganti baju. 

Dari beranjaknya lamunan yang menyakitkan, Naiha berharap peristiwa yang dialaminya  cepat keluar dari pelupuk matanya. Entah kenapa, peristiwa itu terus melekat dalam ingatannya, tanpa hilang sedikitpun. "Sampai kapan peristiwa ini akan tetap berada di mataku, padahal aku sudah mengusirnya sekuat tenaga" batin Naiha.

Aktivitas sudah beralih, sudah memohon Kepada Alloh untuk dikuatkan dan segera dienyahkan jejak - jejak empedu ini. Apalah daya, tidak bisa juga, peristiwa itu tetap jelas tergambar tak berubah sedikitpun. Begini ceritanya.

Srek - srek - srek....

Naiha terus menggenjot sepedanya menyusuri jalan aspal yang sepi. padahal saat itu waktu tengah  hari yang panas sepanas otak Naiha yang terperas setelah  mengikuti ulangan harian di kelasnya. Sepeda terus dikayuh menuju rumahnya  di pelosok desa. Itu adalah keseharian Naiha setiap pagi dan siangnya, sewaktu berangkat dan pulang sekolah, melewati jalan yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun