Mohon tunggu...
Leli Husni
Leli Husni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah

14 September 2017   00:43 Diperbarui: 14 September 2017   01:14 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karakter adalah organisasi dinamis pada individu tempat sistem psikofisikal menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan (Fatchul Mu'in:162). Jadi karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif (Azzet, 2011:27). Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Secara psikologis dan sosiologis, dalam diri  manusia terdapat  beberapa unsur yang dapat membentuk karakter seseorang. Unsur-unsur ini kadang juga menunjukkan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur itu antara lain; sikap, emosi, kemauan, kepercayaan, dan kebiasaan (Fatchul Mu'in, 2011:162).

Pertama adalah sikap (attitude), sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian karakternya, bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu yang dialaminya, biasanya menunjukkan bagaimana karakternya. Namun tidak seratus persen sikap yang ditunjukkan adalah karakternya, melainkan ada kemungkinan sebab lain yang mendorong untuk menunjukkan sikapnya.

Kedua emosi (emotion), emosi identik dengan perasaan yang kuat. Emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. Misalnya, saat kita merespon sesuatu yang melibatkan emosi, kita menyadari dan mengetahui makna  apa yang hadapi dan baru saja  terjadi (kesadaran), kita merespon apa yang terjadi dengan marah  tegang kemudai janjung berdetak kencang (fisiologis). Kita bereaksi terhadap apa yang menimpa kita(perilaku).

Ketiga kepercayaan, kepercayaan adalah komponen kognitif manusia dari factor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa itu benar, itu salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia.

Keempat kebiasaan dan kemauan (habit and ambition). Kebiasaan adalah aspek perilaku yang menetap, berlangsung secara otomatis, tidak direnakan. Kebiasaan adalah pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangberkali-kali. Setiap orang membpunyai kebiasaan yang berbeda dalam merespon stimulus tertentu. Adapun kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang. Ada orang yang mempunyai kemauan kuat untuk mengalahkan kebiasaan. Ada pula orang yang lemah sehingga kebiasaan mengalahkan kemauannya.

Kelima konsepsi diri (self conception). Hal penting lainnya yang berkaitan dengan pembangunan karakter (character bulding) adalah konsepsi diri. Konsepsi diri adalah bagaimana kita harus membangun diri, apa yang kita inginkan dari, dan bagaimana kita menempatkan diri dalam kehidupan. Dalam menjalani hidup bukan hanya mengatakan biarlah mengalir, terjadilah apa yang terjadi cuek pada diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun