Mohon tunggu...
Mas De Sakunab
Mas De Sakunab Mohon Tunggu... Wiraswasta - Palate!

Penulis lepas. Tinggal di sekitar yang ada. Keseharian setia menikmati perilaku sosial, budaya dan diplomasi. Cenderung mengagumi ketimbang memiliki. Kini sedang dalam proses mencari dan menjadi yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Yang Harus Dihindari dalam Memilih Pemimpin

28 Agustus 2020   02:01 Diperbarui: 28 Agustus 2020   02:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di akhir tahun 2020, pesta demokrasi akan digelar di beberapa daerah di Indonesia. Pesta akbar ini tentu akan melibatkan seluruh elemen warga negara Indonesia. Rakyat pun turut mempersiapkan diri menyambut pesta tersebut. Orang mulai menunjukkan dukungannya kepada seorang calon pemimpin yang diyakini bisa memperjuangkan kepentingan rakyat. Di sisi lain, partai politik mengerahkan kekuatan untuk mengusung calon/kader terbaiknya dalam pesta demokrasi.

Namun di lain pihak masih ada pertanyaan dalam diri rakyat. Calon pemimpin manakah yang sungguh tepat untuk memimpin?

Hemat saya, ada tiga poin penting yang mesti dihindari oleh rakyat untuk memilih pemimpin di satu wilayah kekuasaan.

Pertama, Pemusatan kekuasaan, yang berarti segala keputusan/kebijakan berdasarkan kepentingan subyektif semata sang pemimpin. Pemimpin yang cenderung melakukan pemusatan kekuasaan akan menciptakan egoisme dalam pengambilan kebijakan. 

Pemimpin jenis ini hendaknya tidak dijagokan oleh rakyat. Padahal, seorang pemimpin adalah orang yang mampu mendengar aspirasi rakyat, memperjuangkan secara real dan memutuskan sesuai dengan kebutuhan banyak rakyat.

Kedua, Peran pengawasan dari semua elemen pemerintah dan masyarakat. Setiap pemimpin adalah manusia yang tak luput dari kesalahan/kekeliruan. Maka itu dibutuhkan pengawasan dan kontrol dari orang lain yakni pemerintah dan juga masyarakat. 

Namun, acapkali pemimpin hilang kontrol dan menutup telinga terhadap segala kritik dan pengawasan. Pemimpin yang tak mau diawasi bisa jadi serakah dan menggunakan kekuasaannya untuk menutupi kesalahan/keburukannya. Rakyat tidak dianjurkan untuk memilih pemimpin yang tidak suka diawasi atau menutup diri terhadap kritik yang membangun.

Ketiga, Menciptakan perilaku KKN. Sebagian pemimpin memiliki kecenderungan untuk menciptakan perilaku KKN dalam kepemimpinannya. Ciri-ciri perilaku KKN itu dapat ditemukan dalam banyak cara. Misalnya, laporan anggaran yang tidak transparan, memilih keluarga/kelompok menjadi pejabat tanpa prosedur, dan hal lainnya. Maka itu, rakyat diharapkan menghindari untuk memilih pemimpin yang suka berperilaku KKN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun