Mohon tunggu...
Mas De Sakunab
Mas De Sakunab Mohon Tunggu... Wiraswasta - Palate!

Penulis lepas. Tinggal di sekitar yang ada. Keseharian setia menikmati perilaku sosial, budaya dan diplomasi. Cenderung mengagumi ketimbang memiliki. Kini sedang dalam proses mencari dan menjadi yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menebar Wewangian

30 Mei 2019   09:26 Diperbarui: 30 Mei 2019   09:31 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunga mekar jaya mulai kuncup. Harumnya merasuk jiwa. Sebuah bahtera mungil perlahan menebarkan wewangian yang wangi. Semakin lama, wanginya dicium orang-orang syukur dan orang-orang pengiri hati. Tak ada larangan untuk menghirup aroma. Entah jahat atau baik disilahkan merasakan.

Kabar pesona wangi itu sampai di telinga si pengiri. Dia resah bukan main kepalang. Saat itu juga dia menyusun serangan fajar guna menjegal wangi yang makin jadi.

Pagi itu, si pengiri mencari ramuan penjegal. Wanginya amat busuk. Sebusuk orangnya. Dia sendiri tak tahan. Tapi demi dewa niatnya, dia mesti melakukan serangan ini. Ramuan itu ketemu. Dia meramunya dalam bilik perencanaan.

Tak lama menunggu, dia menebarkan pula ramuan penjegalnya. Dia tahu mana yang hendak disasar. Bahtera mungil!

Seketika wewangian dari bahtera mungil kehilangan keaslian. Ramuan si pengiri manjur. Ramuannya melebur dalam akar bahtera mungil. Terjadi kontaminasi.

Si pengiri dari kejauhan bilik perencanaan tertawa terbahak-bahak. Dia merasa kepuasan akan kemenangan ramuan penjegal. Sedang di dalam bahtera mungil wewangian tak harum lagi. Sekali lagi si pengiri tersenyum puas.

Saat ini, bahtera mungil nyaris lemas oleh karena bau ramuan penjegal. Dalam situasi itu, ada wewangian lain yang tak diketahui si pengiri. Dan itu menjadi wangi cadangan untuk tetap ditebarkan.

Selalu ada cara lain agar bahtera mungil tetap menebarkan wewangian. Tetap semangat dan si pengiri tetap mengiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun