Mohon tunggu...
Lefi Kembuan
Lefi Kembuan Mohon Tunggu... -

... hanya sesesorang yang menulis sekedarnya setelah melihat sesuatu dan mendapat pemikiran atas sesuatu itu ...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sarah Menatap Masalah di Langit Malam...

22 Agustus 2010   18:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:47 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sarah menatap langit malam. Dia tidak bisa melihat bintang-bintang itu sebagai taburan. Dia hanya melihat mereka seperti remah-remah dari roti yang dimakan oleh seseorang dengan hati-hati. Mungkin bintang itu tidak banyak karena langit malam sedang menyatu dengan selimut mendung. Terlalu pekat bagi Sarah untuk membedakannya.

Tapi apa lah artinya bintang-bintang itu? Mereka hanya penghias langit malam. Apakah tanpa bintang berarti hidup akan berhenti? Bintang hanyalah taburan cahaya yang mengisi hidup Sarah ketika malam tiba. Kerlipnya akan terus ada. Bila siang tiba, maka bintang akan beristirahat hingga tiba waktunya berkerlip kembali.

Sarah memasang earphone-nya. Matanya masih tertuju pada selimut mendung dan langit malam yang telah menyatu. Langit malam sekali ini telah membutakan Sarah untuk melihat masa depannya. Sarah hanya terpaku pada hitam. Hitam. Sekali lagi, hitam. Benar-benar sama dengan hitamnya masa depan karena tidak bisa dipastikan.

Bukannya tidak mungkin, dibalik kegelapan itu ada The Beast yang sedang jongkok, dengan tangan bertumpu pada lututnya. Sekalipun kepalanya menunduk, namun mata merahnya tertuju pada suara langkah Converse nomor 11 yang dipakai Sarah. The Beast. Musuh Sarah yang utama. Sarah yakin The Beast sedang berjongkok di ujung menara kecongkakannya, sementara antek-anteknya sedang bersiap melempar batu-batu masalah beragam ukuran.

Sarah masih menatap kegelapan malam. Telinganya tidak terpaku pada keheningan langit malam. Suara serak Ray Charles menembus gendang telinganya.

I said I made up my mind … to live in memory of the lonesome times … It's useless to say … so I'll just live my life in dreams of yesterday …

[caption id="attachment_235697" align="alignright" width="153" caption="Ray Charles, oleh Jack Waldrop"][/caption]

Ray Charles, kata Papa, adalah penyanyi yang buta. Namun dia mampu melihat optimisme di balik kegelapan penglihatannya yang ditutup oleh kegelapan kaca matanya. Mengapa ada banyak orang tidak bisa seperti Ray Charles? Padahal mereka mempunyai mata yang dapat melihat dengan jernih.

Sarah memejamkan matanya. Kegelapan bukanlah tempat yang menakutkan. Dia adalah sahabatmu ketika engkau memejamkan mata. Dalam kegelapan Sarah tidak lagi berniat menceritakan kepada Tuhan, betapa besarnya persoalan Sarah. Tidak ada lagi niat itu. Sekarang dalam kegelapan, Sarah ingin berkata kepada Masalah, betapa besarnya Tuhan. Sarah tidak ingat, siapa yang mengajarkan demikian.

I can’t stop loving you …

[ … sebuah fragmen dari Sarah … | LRJK | XXIII.VIII.MMX AD | ... kutipan berasal dari I can't stop loving you, cipt. Don Gibson, 1957 ]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun