Mohon tunggu...
LeeNaGie
LeeNaGie Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Hobi menulis, membaca dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Just Friend (Trilogi Just, Seri-1)

30 Mei 2022   19:20 Diperbarui: 30 Mei 2022   19:36 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandangan ini beralih kepada Mama dengan tatapan memelas. Beliau menggelengkan kepala sebagai tanda tidak bisa membantu sekarang. Aku hanya bisa mendesah saat keinginan membujuk Papa pupus.

Nafsu makan menjadi berkurang. Apa yang harus kulakukan sekarang? Someone help me!

Kami bertiga mulai menyantap sarapan. Meski rasa lapar mendadak hilang, tapi aku tetap harus mengisi perut. Jika tidak, Papa pasti berpikir aku sedang merajuk. Beliau akan bertambah marah kalau tahu.

Begitu selesai sarapan, aku berpamitan kepada Mama dan Papa.

"Jangan lupa ucapan Papa tadi, Bran," cetus Papa sebelum aku meninggalkan ruang makan.

Sepertinya aku akan melewati hari-hari suram. Begitu banyak yang ingin dibeli sekarang selain PS3. Tapi ....

Aku hanya bisa mendesah lagi ketika semua keinginan-keinginan itu tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Bagaimana caranya agar bisa menaikkan nilaiku lagi? Terlalu malas rasanya jika harus mengambil les, Apalagi tidak ada waktu untuk melakukannya, karena pulang sekolah sudah disibukkan dengan latihan basket.

Segera kupacu motor meninggalkan area perumahan menuju sekolah. Semoga saja terjadi keajaiban hari ini dan seterusnya, agar Tuhan mengencerkan otak ini dalam menyerap pelajaran.

Kalian pasti berpikir aku ini lelaki yang nyaris sempurna, 'kan? Memang fisikku tampan dan tinggi. Di usia empat belas tahun tinggiku sudah mencapai 170 centimeter. Itulah yang membuat cewek-cewek di sekolah mengejarku. Mereka bilang tubuhku bagus. Mungkin karena sejak SMP sudah tertarik dengan dunia olahraga, terutama basket.

Selain itu background keluarga menjadi faktor penunjang mereka memujaku. Tapi hanya satu kelemahanku yaitu ternyata Tuhan tidak menganugerahkan otak yang cerdas kepadaku. Aku bersyukur kekurangan satu ini bisa tertutupi dengan wajahku yang good looking. Haha!

Beberapa meter dari gerbang sekolah, netra ini tak sengaja menangkap sosok perempuan dengan rambut dikuncir ke atas. Dia baru saja turun dari motor yang dikendarai oleh lelaki yang diduga anak kuliahan. Seketika tawa singkat keluar dari bibirku saat menyadari dia adalah si Kutilangdara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun