Mohon tunggu...
Alvin Joeshar
Alvin Joeshar Mohon Tunggu... Bankir - Financial Market Analyst on Public Sector

A Keynesian, to discuss on the basis of constructing ideas.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Apa Saja "PR Ekonomi" bagi Presiden Terpilih Nanti?

7 Juni 2019   18:54 Diperbarui: 8 Juni 2019   01:03 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi dan pertumbuhan (KOMPAS/TOTO SIHONO)

Tingginya CAD juga turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, akibat adanya peningkatan demand  dollar AS, yang diperparah oleh tekanan eksternal. Sepanjang tahun 2019, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 84 Bps menjadi USD/IDR 14.410.

Mengingat masih tingginya tren permintaan domestik kedepan terhadap barang modal dan barang mentah, serta kondisi geopolitik yang masih belum kondusif. 

Salah satu opsi Quick-Win yang mungkin dilakukan pemerintah adalah dengan mendorong peningkatan kapasitas produksi industri manufaktur yang berorientasi ekspor (net-ekspor). 

Industri yang mungkin disasar, antara lain; tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, makanan dan minuman (Mamin), serta otomotif. Industri manufaktur berorientasi ekspor diharapkan dapat mem-boost nilai ekspor agregat, menurunkan CAD dan membantu upaya stabilisasi nilai tukar.

2.  Meningkatkan Daya Saing dan Produktivitas Domestik, serta Mengoptimalisasi Bonus Demografi Usia Produktif.

Meningkatkan daya saing merupakan salah satu kunci sukses majunya ekonomi suatu Negara. Berkaca pada pemerintah Korea Selatan yang berhasil meningkatkan daya saing negaranya, sehingga mampu menghasilkan konglomerasi domestik "Chaebool" pada industri manufaktur dan teknologi. Saat ini siapa yang tidak mengenal brand Samsung, Hyundai dan LG?

Upaya peningkatan daya saing setidaknya mencakup empat elemen, yaitu (i) ketersediaan infrastruktur, (ii) kualitas modal manusia, (iii) adopsi teknologi dan (iv) dukungan kelembagaan. 

Pemerintahan Jokowi (Periode 2014-2019) telah berhasil mengakselerasi ketersediaan infrastruktur terutama yang berkaitan dengan penyediaan energi, efisiensi konektivitas, pengembangan daerah pariwisata dan kawasan ekonomi ekslusif.

Fase 5 (lima) tahun selanjutnya, sejalan dengan bonus demografi dan optimalisasi pemanfaatan infrastruktur, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas modal manusia. 

Hal tersebut penting, mengingat tanpa kompetensi yang memadai, infrastruktur hanyalah "barang mati" yang tidak memberikan nilai tambah ekonomi dan finansial. 

Kebijakan yang dapat ditempuh antara lain; melalui konsistensi penerapan kebijakan wajib belajar, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan sekolah vokasi, serta peningkatan kualitas kurikulum pengajaran. Saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih berada dibawah Malaysia dan Thailand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun