Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memerdekakan Pemikiran Konstruktif

4 Maret 2020   05:27 Diperbarui: 4 Maret 2020   05:28 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengutip pernyataan Rocky Gerung saat peluncuran buku karya jurnalistik dari wartawan senior Ilham Bintang, secara spontan Rocky Gerung melontarkan kalimat filosofis bahwa "Seorang jurnalis atau penulis sejati adalah manusia yang ditakdirkan Tuhan untuk selalu gelisah".

Makna kata "gelisah" tentu menggambarkan suasana hati yang merasa terusik, dan tersentuh atas apa yang terjadi dalam realita kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini. Tentu kegelisahaan itu muncul secara manusiawi karena melihat "ketidakadilan" di berbagai aspek kehidupan.

Demokrasi pada hakekatnya adalah bagaimana kita mampu merawat perbedaan dalam berfikir. Seringkali akal sehat terganggu karena fanatisme buta. Bahayanya ini mengabaikan realita atau fakta yang bahkan secara kasat mata ada di depan mata. 

Demokrasi juga berarti kemerdekaan untuk beragumentasi, dengan mengedepankan cara pandang yang konstruktif. Oleh karenanya, kualitas demokrasi ditentukan oleh ada tidaknya thesis dan antithesis yang menghasilkan kesimpulan atas tujuan bersama yakni "keadilan" dalam segenap aspek kehidupan.

Seringkali banyak diantara kita memiliki kemampuan berfikir yang luas dan konstruktif, namun minim kemampuan untuk menuangkan ide, gagasannya dalam bentuk tulisan, sehingga argumennya belum mampu menjangkau publik. 

Di era perkembangan informasi, public control sangat berpengaruh terhadap arah kebijakan. Public control penting dalam sebuah negara demokrasi untuk mengawasi arah kebijakan Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat. Tujuannya satu yakni terwujudnya makna keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, agar public control ini terus terpelihara, maka perlu adanya konektivitas pola pikir konstruktif dan mencerdaskan, dimana secara langsung mampu merubah pespektif publik terhadap realita atau fakta yang terjadi secara objektif.

Masyarakat yang peka dan punya tanggungjawab tinggi sudah barang tentu akan merasakan "kegelisahan" jika ada yang salah dengan tata kelola kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Di tengah era perkembangan informasi teknologi yang demikian cepat, dimana artificial intelligence akan menguasai tatanan kehidupan di semua lini, tentu membutuhkan generasi yang mampu berdiri di tengah, memiliki kemampuan analisis, kepekaan tinggi, dan kemampuan beradaptasi atas segala perubahan yang bukan tidak mungkin justru akan menyebabkan dekandensi moral

Pun halnya, dinamika kehidupan berpolitik yang kian hari kian tak dewasa, juga membutuhkan masyarakat yang mampu berfikir cerdas dan berakal sehat, serta tidak terkontaminasi oleh segala kepentingan, apalagi atas dasar suka dan tidak suka pada sosok/figur. Singkatnya, perlu ada ruang publik yang steril, yang mampu menampung segala perbedaan dalam berargumen yang positif.

Publik harus diberikan asupan pemikiran yang sehat, dan menjunjung nilai-nilai etika dan moral, sehingga mampu merekontruksi cara pandang berbasis pada fakta/realita, bukan sebaliknya menutup diri dari realita yang secara kasat mata sangat jelas terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun