Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Laut dan Kelangsungan Makhluk Bumi (Refleksi Hari Laut Sedunia)

8 Juni 2018   11:09 Diperbarui: 8 Juni 2021   06:32 3916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: localguidesconnect.com)

Sebelumnya, Indonesia telah berkomitmen menjalankan Paris Agreement yang telah ditandatangani pada acara Conference of the Parties (COP) 21 di Paris. Dan hingga kini, Indonesia terus berupaya menjaga ambang batas kenaikan suhu bumi di bawah dua derajat celcius.

Di sisi lain, prilaku pemanfaatan SDA laut yang cenderung eksploitatif telah membawa tekanan besar terhadap kualitas lingkungan laut. Kegiatan ekonomi tak terukur yang dilakukan berbagai multisektor telah secara nyata memperburuk kesehatan laut kita, utamanya tekanan terhadap produktivitas dan kelangsungan hidup biota laut.

Kerusakan ekosistem terumbu karang dan padang lamun menjadi fakta yang harus disadari telah memberikan efek negatif terhadap produktivitas, kelangsungan biodiversity dan sumber daya lainnya.

Fenonema kerusakan ekosistem terumbu karang menunjukkan tingkat kategori kritis. Hasil kajian Coremap-CTI (2017) menunjukkan bahwa dari total luas terumbu karang di Indonesia yang mencapai 2.517.858 ha, kondisinya cukup mengkhawatirkan, yakni sebanyak 6,39% dalam kondisi sangat baik, sebanyak 23,40% dalam keadaaan baik, sebenyak 35,06% dalam kondisi cukup baik dan 35,15% dalam kondisi rusak.

Belum lagi ekosistem padang lamun, dan mangrove yang saat ini berada pada titik yang mengkhawatirkan. Padahal ekosistem tersebut merupakan bagian penting sebagai penyangga keragaman hayati laut dan pesisir.

Di samping itu, laut yang bersifat open access telah membawa beragam aktivitas ekonomi dalam pemanfaatan ruangnya.

Ironisnya, aktivitas multisektor banyak yang dilakukan secara tidak bertanggubgjawab, mengabaikan unsur kehati-hatian, dan risk management, dan kompatibilitas. Maka, tak heran beragam kasus pencemaran terus terjadi.

Seperti tragedi tumpahan minyak montara di laut timor, kebocoran kapal dan yang terbaru tumpahan minyak di teluk Balikpapan. Kejadian ini bukan hanya menghilangkan kerugian materil, tapi lebih dari itu menyisakan dampak ekologis jangka panjang, karena proses re-covery lingkungan membutuhkan waktu sangat lama.

Ilustrasi biota laut/pixabay.com
Ilustrasi biota laut/pixabay.com
Rasanya, tak ada tindakan tegas terkait kasus-kasus seperti ini. Tak cukup menilai ganti rugi dari sisi nilai ekonomi langsung, tapi kita tak pernah berfikir berapa nilai jasa lingkungan yang hilang dengan nilainya jauh lebih besar.

Bayangkan, laut dengan beragam sumber daya di dalamnya menjadi penopang penting kekangsungan hidup manusia. Mikro/maktro alga dan tumbuhan laut berfunsi besar dalam penyerapan karbon (carbon sink). Potensi penyerapan CO2 oleh laut diseluruh dunia mencapi 2 miliar ton per tahun.

Sedangkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan potensi laut Indonesia mampu menyerap sebanyak 219,8 juta ton CO2 per tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun