Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Perikanan Budidaya dalam Konteks Ketahanan Pangan

19 Mei 2018   13:34 Diperbarui: 19 Mei 2018   13:55 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen ikan(Wibowo Rahardjo-KKP)

Disisi lain, kinerja produksi perikanan budidaya nasional juga menunjukkan tren positif, dimana dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2011-2015) cenderung mengalami kenaikan rata-rata pertahun hingga 19,08% dan tercatat sebagai nomor 2 (dua) produsen perikanan budidaya dunia. Pada tahun 2014 Indonesia menyumbang sedikitnya 14,22 persen dari total produksi perikanan budidaya dunia dan menempati urutan ke-dua setelah China yang masih mendominasi dengan share sebesar 58,16 persen.

Inilah kemudian menjadi alasan penting, kenapa perikanan budidaya ke depan akan menjadi ujung tombak pemenuhan kebutuhan pangan berbasis ikan. Budidaya memiliki peluang strategis dalam memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian pemenuhan kebutuhan pangan berkelanjutan. Kenapa demikian? Alasannya, karena sumberdaya perikanan budidaya dapat dimanfaatan secara optimal sesuai kebutuhan melalui penerapan teknologi. Ketergantungan pangan yang hanya mengandalkan eksploitasi alam, dikhawatirkan akan mencapai ambang batas potensi lestari , akibat over eksploitasi.

Ada fenomena yang menarik, pada awal tahun 2014 pertama kalinya dalam sejarah, dua komoditas perikanan yaitu ikan tongkol dan ikan bandeng justru memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen (sumber : m.liputan6.com, 2014). Fakta ini menyimpulkan betapa ke dua komoditas ini terutama komoditas bandeng menjadi salah satu produk pangan yang dianggap penting dan strategis di kalangan masyarakat luas. 

Dalam Perpres Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, ikan bandeng menjadi satu-satunya komoditas perikanan selain ikan Tongkol/Tuna/Cakalang yang masuk jajaran kategori barang pokok. Tentunya Perpres ini mengisyaratkan tanggunjawab dalam mendorong sub sector perikanan budidaya untuk turut berperan dalam menjamin suplai dan kestabilan pasokan bahan pangan bagi masyarakat.

Bicara peluang, dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia justru diuntungkan karena disuguhi karunia potensi sumberdaya yang melimpah serta dukungan pola iklim yang baik, sehingga sangat potensial untuk pengembangan berbagai varian jenis komoditas sesuai kebutuhan. Uniknya, varian komoditas tersebut dapat dikembangkan sesuai spesifikasi lokasi diberbagai daerah. Inilah, yang menjadi alasan kenapa perikanan budidaya memiliki keunggulan komparatif di banding negara-negara lain.

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa total potensi lahan indikatif perikanan budidaya diperkirakan mencapai 17,8 juta hektar. Dari total tersebut dengan mempertimbangkan daya dukung lahan yang ada, penulis memperkirakan bahwa luas lahan efektif yang bisa dioptimalkan untuk kegiatan budidaya mencapai sekitar 6,42 juta hektar, yaitu masing-masing untuk budidaya air laut sekitar 2,4 juta hektar (20 persen dari total potensi indiktif), budidaya air payau ekitar 2 juta hektar (70 persen dari total potensi indikatif) dan budidaya air tawar sekitar 566 ribu hektar (20 persen dari total potensi indikatif).

Dari total lahan efektif tersebut setidaknya potensi kapasitas produksi ikan (di luar produk non food-use) yang dapat dioptimalkan diperkirakan hingga 130 juta ton per tahun dari semua jenis budidaya. 

Jika diasumsikan sekitar 30 persen saja diprioritaskan untuk kepentingan orientasi ekspor, maka setidaknya sebanyak 91 juta ton per tahun merupakan potensi yang dapat disuplai untuk memenuhi konsumsi ikan dalam negeri. Kita belum bicara nilai ekonomi langsung (direct use value), namun angka tersebut sangat berpeluang peluang besar dalam menopang ketahanan pangan nasional bahkan dunia. Potensi ini tentunya menjadi peluang untuk menggenjot varian komoditas non ekspor.

Budidaya di tengah perubahan iklim dan lingkungan

Fenomena perubahan iklim dan lingkungan global saat ini diprediksi akan menjadi tantangan utama bagi sektor-sektor berbasis pangan termasuk perikanan budidaya. Disisi lain fenomena industrialisasi yang mereduksi fungsi lahan pada sektor-sektor tersebut juga menjadi ancaman bagi pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Bukan hanya di Indonesia, tapi isu ini menjadi fokus perhatian negara-negara di belahan dunia.

Menghadapi tantangan di atas, maka penting untuk membuat semacam peta jalan (road map) pengembangan perikanan budidaya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan lingkungan global. Ini akan menjadi acuan semua pelaku dalam melakukan langkah-langkah antisipatif menghadapi tantangan tersebut. Bagaimana meng-create kegiatan budidaya dengan mengedepankan prinsip "eko-efisiensi" berbasis mitigasi dan konservasi yaitu dengan mendorong produktivitas tinggi, lebih efisien dengan tetap menjaga kualitas lingkungan perlu terus didorong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun