Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Perikanan Budidaya dalam Konteks Ketahanan Pangan

19 Mei 2018   13:34 Diperbarui: 19 Mei 2018   13:55 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen ikan(Wibowo Rahardjo-KKP)

Sub sektor Perikanan sebagai bagian dari sumberdaya ekonomi maritim, keberadaannya sangat strategis dalam memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan nasonal. Bahkan, se-level Badan Pangan Dunia/FAO (Food and Agriculture Organization of The United Nation) telah memprediksi bahwa sub sektor perikanan budidaya menjadi salah satu sumberdaya yang akan sangat diandalkan ke depan utamanya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat global.

Saat ini, negara-negara di dunia dituntut untuk berkeras mencari solusi bagaimana memenuhi kebutuhan pangan ditengah fenomena ledakan penduduk yang seolah tak terkendali. Data menyebutkan bahwa hingga tahun 2050 diproyeksikan jumlah penduduk dunia akan mencapai hingga 9,7 milyar jiwa.

Fenomena pergeseran orientasi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat global yang lebih mengedepankan pada konsumsi pangan yang aman dan menyehatkan, telah secara langsung memicu tingginya permintaan terhadap kebutuhan protein alternatif. Dengan kata lain pola konsumsi tersebut telah bergeser dari produk pangan berbasis daging merah ke arah produk pangan yang berbasis daging putih dalam hal ini ikan. FAO dalam rilis datanya menyimpulkan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat dunia cenderung naik secara signifikan, sementara konsumsi daging merah justru memperlihatkan trend yang cenderung menurun.

Disisi lain, dengan semakin tingginya permintaan terhadap produk perikanan, negara-negara di dunia dihadapkan pada kekhawatiran adanya fakta bahwa perikanan tangkap yang dilakukan secara over eksploitatif lambat laun akan menurunkan potensi lestari sumberdaya ikan yang ada. Fenomena over fishingdan kerusakan habitat akan menjadi momok sebagai penyebab menurunnya suplai produksi ikan, ini jika tidak dilakukan pengelolaan secara bertanggunjawab. Kekhawatiran atas fakta diatas, akan menggiring pada suatu keputusan bahwa ke depan sub sektor perikanan budidaya merupakan bagian penting dalam menjawab tantangan besar ketahanan pangan masyarakat global.

Laporan FAO menyebutkan bahwa rata-rata warga dunia melahap setidaknya 20 kilogram ikan pada tahun 2014, naik dari 9,9 kilogram per tahun pada era 60-an. Sementara di tahun 2030 tingkat konsumsi ikan dunia diprediksi akan menyampai 22,5 kg per kapita per tahun. Nilai ini diperkirakkan akan memacu peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 172 juta ton, atau naik 15 persen dari rata-rata kebutuhan pada kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011.

Sebagai gambaran kontribusi perikanan budidaya terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan dunia mengalami kenaikan signifikan yaitu dari 7 persen pada tahun 1974 naik menjadi 39 persen pada tahun 2004 dan trennya terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, tidak salah jika FAO memprediksi ke depan perikanan budidaya akan menjadi barometer utama dalam menopang kebutuhan gizi berbasis ikan bagi masyarakat global (FAO,2016).

FAO juga merilis data bahwa dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2016 produksi perikanan budidaya dunia telah mengalami lonjakan dari sebesar 61,5 juta ton pada tahun 2009 menjadi 101 juta ton pada 2014 atau naik rata-rata pertahun sebesar 6,1 persen. Sedangkan disatu sisi dalam kurun waktu yang sama produksi perikanan tangkap hanya mengalami kenaikan rata-rata 0,72 persen dan seterusnya cenderung menujukkan trend yang konstan.

Perikanan Budidaya dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional

Pada tataran nasional, kita bisa lihat bahwa tingkat konsumsi ikan perkapita dalam 6 (enam) tahun terakhir (2011-2016) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6,3 persen. Tahun 2016 tercatat tingkat konsumsi ikan nasional sebanyak 43,94 kg per kapita per tahun atau naik sebesar 6,8 persen dari tahun sebelumnya. Kendati demikian angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara di level Asean, semisal Malaysia yang telah mencapai 70 kg per kapita per tahun.

Tren konsumsi ikan perkapita yang cenderung terus naik mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia telah mengalami pergeseran paradigma pola konsumsi sebagaimana negara-negara lain di dunia. Hal ini juga bisa dilihat bahwa ternyata produk ikan memberikan share dominan terhadap konsumsi protein hewani yaitu sebesar 57,2 persen. Nilai ini jauh mengungguli susu/telur dan daging, yang masing-masing hanya memberikan share sebesar 23,2 persen dan 19,6 persen (SUSENAS-BPS, 2010).

Hingga tahun 2019 Pemerintah memproyeksikan tingkat konsumsi ikan Indonesia mencapai lebih dari 50 kg per kapita, artinya untuk mencukupi kebutuhan tersebut dibutuhkan suplai setidaknya minimal sebanyak 14,6 juta ton ikan konsumsi per tahun. Penulis memprediksi, suplai tersebut nantinya akan banyak tergantung pada produk ikan hasil budidaya yakni paling tidak sekitar 60 persen dari total kebutuhan atau setidaknya sebanyak 8,76 juta ton pada tahun 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun