Mohon tunggu...
Aulia Ilmi
Aulia Ilmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - With GOD all things are possible

Life is journey

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Sendok Merah Putih

24 Agustus 2022   20:19 Diperbarui: 24 Agustus 2022   20:43 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ayo Ma, nanti Raka telat. Lombanya udah dimulai tuh", rengek Raka sambil menarik ujung baju Mamanya. Mengajaknya untuk segera masuk arena lomba di halaman sekolahnya dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Bentar sayang, ga usah buru-buru. Mereka ga mungkin ninggalin Raka, nama Raka kan udah terdaftar", ujar Mamanya Raka tenang.
"Tapi Raka pengen ke sana, lihat lomba-lomba yang lain. Kenapa harus nunggu di tempat parkir ini sih, Ma?", tanya Raka ga sabaran.

"Perlombaan selanjutnya, lomba balap kelereng untuk TK kecil. Para peserta mohon bersiap. Haikal, Raka, Putra, Damar dan Ali", himbau ustadz Firdaus melalui pengeras suara.
"Tuh Ma, nama Raka udah dipanggil. Ayo buruan ke sana", ajak Raka.
"Bentar, Mama keluarin dulu sendok sama kelerengnya", ujar Mama Raka sambil merogoh tas bermereknya.
"Buruan Ma, yang lain udah pada ngumpul. Kalau Raka ketinggalan, nanti Raka ga jadi juara", Raka menghiba.

"Iya sayang. Ini, pegang sendok kelerengnya. Nanti boleh pasang di mulut kalau sudah ada aba-aba aja, sebelum itu jangan. Nanti lihat Mama, tunggu kode dari Mama ya", terang Mama Raka.
"Lho kok, kelerengnya udah dipasang? Ga bergerak-gerak?", tanya Raka heran begitu melihat sendok dan kelereng yang ada di tangan Mamanya.

"Udah diem, ga usah banyak tanya. Raka mau jadi juara ga?", protes Mama Raka.
"Kelerengnya di lem? Kalau begini curang namanya Ma, Raka ga mau ... ", rengek Raka.
"Sssttt, udah diem. Apa pak ustadz bilang, ga boleh melawan Ibu, durhaka ... nanti masuk neraka lho", ancam Mama Raka.
Seketika wajah Raka memucat, dia tertunduk lesu sambil mengiringi langkah kaki Mama nya menuju lapangan sekolah.
"Aduh, kunci motor Mama mana ya? Jangan-jangan ketinggalan di tempat parkir. Nih pegang sendok kelerengnya. Bentar, tunggu Mama di sini, jangan kemana-mana!", seru Mama Raka tiba-tiba, panik.
Sesaat kemudian ...

Raka dengan langkah kaki mantab mendahului teman-temannya mencapai garis finish.
"Pemenangnya adalah ... Raka!", seru ustadz Firdaus. Gemuruh tepuk tangan menggema di lapangan. Mama Raka berlari tergopoh-gopoh, dia belum sempat menonton anaknya bertanding. Sedari tadi disibukkan dengan usahanya mencari kunci motor. Dengan dibantu tukang parkir, kunci motor akhirnya ditemukan jatuh tak jauh dari motornya yang terparkir. Tersembunyi di bawah tumpukan dedaunan. Masih beruntung tidak ditemukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Mama Raka yang ceroboh ... .

"Selamat ya Bu. Anaknya benar-benar jagoan. Udah ganteng, pemberani lagi", ujar Ibu berkerudung biru di sampingnya, begitu Mama Raka menginjak arena lomba.

"Iya lho. Datang sendiri ke lapangan, dengan jujur bilang kalau tidak membawa sendok. Panitia sampai meminjam sendok dari abang tukang bakso buat dia lomba. Percaya diri, sampai-sampai jadi juara", ujar Ibu berkacamata hitam di sebelahnya.
"Eh, iya, terima kasih banyak", ujar Mama Raka tersipu sambil sedikit bingung.
"Coba kalau anak saya, pasti udah nangis tujuh hari tujuh malam tuh. Udah gede, tapi masih aja manja", ujar Ibu satu lagi sambil menyesap es tehnya.

"Maaf ya, saya mau ke anak saya dulu. Sekali lagi terima kasih ", Mama Raka segera mengakhiri pembicaraan yang dia tahu bakal sepanjang kereta malam.
"Mama ... Raka juara Mama. Raka juara ... ", teriak Raka begitu melihat Mamanya menghampirinya.

"Iya Raka, selamat sayang. Mama bangga sama Raka. Maaf ya Mama tadi ga bisa menemani Raka lomba", ujar Mama sambil mendekap erat Raka, layaknya mereka telah berpisah puluhan tahun.
"Makasih Ma", seru Raka kesenangan dihujani ciuman oleh Mamanya.
"Terus, mana sendoknya?", bisik Mama Raka.
"Maaf Ma, sendoknya Raka buang. Ga tau sekarang dimana", ujar Raka dengan sedih.
"Raka ... ", ujar Mama Raka, tenggorokannya seraya tercekat melihat kepolosan buah hatinya.
"Sendok di rumah jadi hilang satu, gimana nanti Mama jelasin ke Papa?", ujar Mama Raka ketus.
"Iya Ma, nanti biar Raka yang bilang sama Papa kalau Raka yang ngilangin sendoknya. Maaf ya Ma", jawab Raka dengan tertunduk.
Mama Raka mengelus sayang rambut tebal Raka yang ditiup angin.

"Bercanda sayang. Gapapa, ga usah dipikirin sendoknya. Raka bawa pulang medali aja Papa pasti senang, nanti Raka boleh minta hadiah lagi sama Papa", hibur Mama Raka.
"Boleh ya Ma, ye asyik ... ", seru Raka girang.
"Bakso ... ", seru pemuda yang tiba-tiba datang mendekati mereka tanpa mereka berdua sadari kehadirannya.
"Eh, kita ga pesen kok mas", ujar Mama Raka.
"Ini hadiah buat Raka ... dari saya. Silahkan dinikmati, gratis", ujar pemuda manis yang tak lain adalah pedagang bakso keliling yang sendoknya dipinjam buat Raka lomba kelereng.
"Tapi mas ... ", sergah Mama Raka.

"Saya mohon diterima pemberian saya. Terus terang, saya sedari tadi mendengar percakapan Tante dan Raka di tempat parkir. Saya salut sama kejujuran Raka. Bagaimana dia membuang sendok dan memilih bertanding secara sportif. Bagaimana dia menolak keinginan tidak baik dari ibunya tanpa harus menyakiti hati. Alhamdulillah, Allah memudahkan urusannya hingga dia bisa menjadi juara", ujar abang tukang bakso itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun