Mohon tunggu...
Chris Ryan
Chris Ryan Mohon Tunggu... Dokter - Hanya seorang pencinta bahasa Indonesia

Hanya seorang pencinta bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sebuah Curahan Hati, "Ya, ini aku..."

26 Maret 2019   01:20 Diperbarui: 3 Mei 2020   16:21 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mungkinkah kau merasa aku tak lengkap?

Jika ya, maka seperti yang kujelaskan tadi, setidaknya anggapan salah ini seharusnya sudah runtuh dalam benakmu.

Aku lengkap, paripurna, kaya dan berdaya cipta.  Bagian-bagian diriku berasal dari leluhur yang berbeda-beda. Kurasa itu sudah lebih dari cukup sebagai pengaya khazanah kosakataku. Agar kau tak lagi menudingku tak lengkap, maka kuberi perbandingan mencolok, sehingga kau mengerti.

Tahukah kau? Ada bahasa-bahasa tertentu yang bisa disebut tak lengkap, karena tidak memiliki kata untuk mengungkapkan gagasan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Misalnya, ada bahasa yang tak mengenal gagasan angka. Ya, angka yang kita gunakan untuk berhitung, mereka tidak punya. Beberapa di antaranya yaitu bahasa Piraha dan Munduruku di pedalaman Amazon sana. Tak percaya? Silakan tanya Google. Semudah itu.

Nah, itukah yang kalian tudingkan padaku dengan sebutan "tak lengkap"? Semoga tidak. Tidak, bukan itu tudingan kalian. Dan tidak, karena tudingan itu sama sekali tak terlintas di benak kalian. Apa pun itu, itu bagus. Karena kenyataannya, itu tak benar sama sekali.

Mungkin yang lebih mengena, anggapanmu begitu karena bisa jadi kau tak menemukan padanan kata yang tepat saat ingin menerjemahkan sebuah kata, yang biasanya dari bahasa Inggris, menuju diriku, dan kau tak menemukan kata itu pada diriku.

Yah, setelah cukup panjang lebar kubahas tadi, seharusnya kau tak menyalahkanku. Aku bersikukuh pada pernyataanku. Bukan salahku, tapi karena kau yang tak becus menemukannya. Semuanya ada dalam diriku! Titik.

Kau tinggal mencarinya dalam tumpukan jerami kosakataku. Lalu kau otak-atik sana-sini sampai kau dapatkan nilai rasa yang pas. Yang jelas, jika kau menunjukku dengan telunjukmu, empat jarimu yang lain tanpa tedeng aling-aling menunjuk dirimu. Paham maksudku? Jika kau perlu kambing hitam, kuberikan satu untukmu. Salahkan pekamus. Itu sudah tugasnya.

Beres, bukan?

Haha.

Jika kau jawab "beres" atau "ya", aku bahkan tak pasti harus iba pada yang mana, pekamusnya ataukah dirimu? Sungguh miris dan membuat orang yang mendayagunakan akal budinya mengelus dada.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun