Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mie Gomak

12 Juli 2020   08:50 Diperbarui: 12 Juli 2020   08:47 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Mie Gomak, koleksi pribadi

Korean garlic cheese bread tiba-tiba happening di Indonesia. Semua orang ingin mencobanya. Kapan  makanan Indonesia mendunia?

Di media sosial roti Korea bernama 'Korean Garlic Cheese Bread' saat ini sedang jadi buah bibir. Tidak sekadar ingin memakannya, tapi orang-orang juga ingin membuatnya. Resepnya pun bermunculan di media sosial, mulai dari yang paling sederhana sampai sekelas Chef Yongki Gunawan. Ketika sang chef mengumumkan akan mencoba membuat roti tersebut, sambutannya luar biasa.

Saya membayangkan, mie gomak, rendang, papeda, makanan dan minuman tradisional Indonesia lainnya menjadi pembicaraan di negara lain. Media sosial mereka penuh dengan mereka yang tidak sekadar merasakan makanan tersebut tapi juga mencoba membuatnya. Saya pikir, kalau sudah sampai ingin membuatnya, penetrasi makanan sebuah negara sudah sangat dashyat.

Saya tidak tahu kenapa roti dari negeri ginseng itu tiba-tiba booming di Indonesia. Saya juga tidak tahu rasanya seperti apa karena belum mencobanya.

Tapi, kalau ditanya, apakah saya ingin membuatnya, ya sangat kepengen. Kenapa? Tentu saja bukan karena rasanya karena saya belum mencobanya. Lebih karena melihat begitu banyaknya orang yang ingin meraciknya. Sudah begitu, resepnya banyak di media sosial dan juga cara membuatnya.

Kebetulan sekali, belakangan ini faktor kebetulan banyak sekali terjadi di sekitar kehidupanku, padahal aku tidak percaya dengan kebetulan. Saya menganut pemahaman semua yang terjadi karena sebab
akibat dan juga ada alasan untuk semua itu.

Seorang teman mengirim flyier webinar. Judulnya 'Membangun Strategi Kuliner Indonesia Mendunia' -- sepertinya kebalik ya, harusnya 'Strategi Membangun Kuliner Indonesia Mendunia,' tapi biar sajalah.

Kata-kata kuliner Indonesia mendunia memantikku untuk mengikutinya. Apalagi yang bicara sekelas William Wongso yang dalam selebaran itu didapuk sebagai pakar kuliner dan top chef. Pembicara lainnya adalah Robert Manan, founder Indonesia Culinary Institute. Ada opening remarks dari Odo RM Manuhutu, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Maritim dan Investasi.

Pemateri bicara tentang pahit getinya memperkenalkan kuliner Indonesia di mancanegara. Tapi, yang aku lihat pendekatannya sangat middle up: presentasi dan demo masakan di hotel-hotel, jamuan kenegaraan, dan lain sebagainya.

Ada sih yang jenis food street tapi tidak sebanding dengan yang level atas tadi. Pengennya sih kayak Korean Garlic Cheese Bread tadi, yang tiba-tiba meng-Indonesia. Sangat ramai di media sosial, semua orang pengen membuatnya, bukan sekadar mencicipnya.

Aku membayangkan mie gomak misalnya, maaf aku kasih contoh ini bukan rasis ya, tapi karena aku pikir ini sangat tradisional Batak, ada andaliman, semacam mericanya orang Batak, di dalamnya dengan mie besar yang mirip mie orang Italia atau spaghetti. Seringkali, mie gomak disebut sebagai spaghettinya orang Batak.

Dalam webinar itu, aku bertanya kenapa setelah sekian abad lamanya, kuliner Indonesia tidak kunjung mendunia. Tidak seperti Korean Garlic Cheese Bread yang semua orang ingin membuatnya. Kita punya mie gomak, spaghetttinya orang Batak yang saya pikir bisa dibuat mendunia. Atau, makanan tradisional lainnya yang cukup beragam di Indonesia.

William Wongso menjawab jangankan mendunia, di level Indonesia saja belum tentu semua orang tahu makanan tradisional dari daerah lainnya. Mie gomak misalnya, apakah orang dari Timur sana tahu, dan apakah makanan dari Papua misalnya, orang Batak tahu. Begitulah kira-kira jawabannya. Tidak persis sama karena saya tidak mencatatnya.

Kenapa makanan orang China mendunia, menurut William karena di berbagai negara ada perkampungan orang Cina. Awalnya, di perkampungan itu mereka membuat semacam warung atau resto khusus makanan Cina.

Pembelinya, ya mereka-mereka juga yang rindu makanan aslinya. Tapi, kemudian banyak orang selain Cina yang mencobanya dan akhirnya peminatnya terus bertambah. ''Di Amerika ada tidak perkampungan orang Batak,'' tanya William sambil menambahkan karena tidak ada perkampungan khusus orang Indonesia, apalagi Batak, maka penyebaran makanan Indonesia hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan diaspora atau orang-orang Indonesia yang ada di Amerika.

Problem lainnya adalah makanan atau kue-kue Indonesia sarat bumbu, yang di negara lain susah dicarinya. Makanan Vietnam juga sarat bumbu, tapi relatif lebih mudah dicari di negara lain.

Aku berpikir benar juga, andaliman di Indonesia saja susah mencarinya. Pusatnya masih di tanah Batak sana. Tidak semua pasar menjual mericanya orang Batak ini.

Tapi, saya masih penasaran kenapa Korean Garlic Cheese Bread tiba-tiba sangat nyaring di Indonesia? Kalau mengacu pada jawaban William Wongso, di sini tidak ada perkampungan khusus orang Korea. Yang ada mereka, 'penggila' drakor alias drama Korea dan dan grup band dari negeri kimchi tersebut.

Ada yang bisa jawab?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun