Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Al Chaidar: "Ini Bukan Pengajian Biasa, tapi Korporasi Jihad yang Mencengangkan."

17 Maret 2019   15:15 Diperbarui: 17 Maret 2019   15:56 3132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Note: Posting kembali tulisan saya dari tahun 2009.  Untuk sharing mengenai terorisme di Indonesia.

Jihad tak harus selalu diurus dengan  muka serius dan urat tegang.  Dia bisa lucu dan jenaka karena bagi mereka: jihad adalah juga wisata umat, yang di dalamnya, terkadang, ada banyak pernikahan.

Dua belas tahun lalu, Al Chaidar sedang menyiapkan tesis akhirnya di Jurusan Antropologi UI. Dosennya, Profesor Parsudi Suparlan Almarhum, waktu itu meminta tiap mahasiswanya meneliti suku terasing.  Sebagai orang Aceh, Chaidar berpikir meneliti suku sendiri, yang kemudian urung karena melihat Aceh sudah sangat kosmopolit.

Dalam pencariannya, Chaidar bertemu dengan sebuah kelompok kecil di Musholla Fisip UI, yang belakangan dikenal adalah bagian dari kelompok Darul Islam.   Kelompok tersebut dikenal inferior. Beberapa temannya sempat mengingatkannya agar tidak berteman apalagi mengikuti kegiatan kelompok tersebut.  Tapi, penelitian mengharuskannya terlibat jauh.  "Ini kelompok DI/NII, saya berkenalan dengan mereka dan sempat ikut ke Afghanistan dan Mindanao untuk menulis dan meneliti."

Yang terkejut dengan hasil penelitiannya adalah Profesor Parsudi. "Mereka akan jadi teroris," kata Parsudi waktu itu. Konsep dan pemikiran kelompok tersebut tentang negara, target dan cara mereka mencapai tujuan itu, menjadi patokan kesimpulan itu.  Mereka bukan sekadar gerakan tapi sebuah aktifivitas radikal.  Yang paling mengejutkan adalah mereka begitu mudahnya menilai nyawa mereka dan juga "lawan"nya sebagai sesuatu yang murah.

Tapi Chaidar belum percaya.  "Ilmu saya belum cukup untuk menafsirkan seperti dia," katanya. Baginya, menjadi teroris adalah sebuah keniscayaan.  Apalagi, kelompok ini punya pengalaman pahit di masa orde baru. Mereka pernah trauma, dikejar-kejar aparat pemerintah karena terlibat kasus Usro tahun 1982, masa dimana ketika mereka secara door to door mengajak dan merekrut orang menjadi anggota Darul Islam, yang membuat mereka harus lari ke Malaysia, Lampung, dan juga ke Jawa Timur.

Apa yang diramalkan Almarhum Parsudi pada akhirnya benar: kelompok ini menunjukkan wajah aslinya, menjadi pusat teroris, yang menjadi biang berbagai bom bunuh diri di Indonesia, dalam beberapa tahun belakangan ini.  "Saya tidak menduga kelompok yang saya teliti adalah pusat bom bunuh diri dan fokusnya akan sedemikian besar," kata Chaidar yang sejak tahun 2000 terkena insomnia, dia baru bisa tidur jam enam atau tujuh pagi.
Dia masih saja berpikir, gerakan mereka hanya hit and run, pukul dan lari, bukan orang yang berani kehilangan nyawa seperti kata sang profesor. Dia juga masih berpikir, mereka sudah sangat kapok dengan Kelompok Usro.  Sebaliknya, mereka mengalami re-radikalisasi di Afghanistan tahun 1983-1985.

Satu per satu akhirnya terbuka.  Chaidar misalnya, baru tahu kalau teman mengobrolnya selama di Malaysia, Abu Umar, adalah Imam Samudera, buronan paling dicari polisi karena kasus beberapa pemboman.  "Saya lihat wajahnya di televisi, saya  bilang, loh itukan  Abu Umar," kenangnya.

Dia juga baru tahu belakangan kalau Ustad Hambali, yang kini di tahan di Amerika adalah orang yang pernah menemaninya mencari rokok di Kuala Lumpur, pada sebuah malam sampai menjelang subuh. Tiap kali ke Malaysia, dosen di sebuah universitas di Aceh ini menginap di rumah Imam Samudera atau Ustad Yunus, anggota dari Faksi Ajengan Masduki. (Faksi Ajengan Masduki adalah salah satu pecahan Darul Islam.

Seperti diketahui  Darul Islam terpecah-pecah, pertama menjadi 14, kemudian 24, dan 38. Tahun 1992,  berdiri Faksi Abdullah sungkar dan Faksi Ajengan Masduki. Keduanya masuk ke Malaysia dan Faksi Ajengan Masduki punya jaringan sangat kuat dengan Osama bin Laden.

Pertemanannya dengan kaum Mujahidin, yang sama sekali tak disengaja itu, membuatnya harus berurusan dengan polisi, digrebek dan diintai. Termasuk semua foto-fotonya dengan Ustad Hambali, Abubakar Baasyir dan tokoh penting lainnya di Malaysia, diambil polisi ketika kantornya di Gang Arab digrebek polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun