"tidak mau menyerah demi keluarga yang utuh". ucap Fatma saat diwawancarai oleh Syafira Ladiba, Jumat 17 Juni 2022 Tangerang,Banten.
Kisah perjalanan seorang istri yang berjuang merawat orang tuanya yang sombong, padahal Fatma sangat baik kepada mereka.Â
Sebelum menikah, Fatma dan suaminya sempat menjalin hubungan asmara (pacaran) dengan waktu yang tidak lama. Suaminya waktu itu hanya tinggal di Indekos, sedangkan Fatma tinggal di rumahnya. Diawal pernikahan, seperti kebanyakan orang, mereka hidup sangat bahagia, suka dan duka mereka lalui bersama walaupun sayangnya suami Fatma belum sangat dewasa. Dia selalu minta sesuatu ke orang tua Fatma. Suaminya sangat malas bekerja dan dia hanya mengandalkan orang tuanya.Â
Setelah lama menikah, akhirnya Fatma dan suami memutuskan untuk tinggal disebuah kontrakan untuk hidup selanjutnya. Â Fatma dibelikan mesin cuci, kasur, gas, dan lain-lain. Setelah lama, akhirnya Fatma pun hamil (anak pertama) dan mereka sangat senang. Namun, keluarganya sempat kurang setuju sebab Fatma masih sangat muda untuk mengandung, namun apa boleh buat.
Seiring berjalannya waktu, Fatma melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan bernama Azhrah Faisal. Setelah lahirnya Azhrah, Fatma kira suaminya akan berusaha mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarga, namun ternyata sama saja masih manja. Fatma dan suami sering bertengkar.
Lain waktu, Fatma mendapat kabar bahwa mertuanya sakit keras, dan ia sangat sedih. Mertuanya sakit jantung dan diabetes sehingga harus dirawat di rumah sakit. Fatma sering mengurus orang tuanya. Namun sayang, mertuanya ternyata menyimpan dendam terhadap Fatma dan Fatma tak pernah mengetahui akan hal ini. Mertuanya tak pernah jujur kepada Fatma, sampai-sampai saat pernikahan, Cincin untuk maharnya bukanlah Emas 24 karat. Akibat dendam itu, mertuanya agak sedikit sulit untuk meninggal. Tapi karena Fatma sangat baik, ia memaafkan mertuanya itu dan akhirnya meninggal dengan tenang. Fatma bersedia jika rumahnya menjadi tempat pemandian jenazah mertuanya.
Penulis
Syafira Ladiba
(Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang)