Mohon tunggu...
Arif F Lazuardi
Arif F Lazuardi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"De mens wikt, maar God beschikt." Pepatah dari Nederland ini terucap pula dalam naskah pidato nawaksara Bung Karno (menggunakan redaksi sedikit berbeda) yang bermakna, "Manusia berencana, tapi Tuhan yang menentukan." - pada makna itulah aku berjuang -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasca Amukan si Jago Merah, Mereka Ingin Terus Bersekolah

23 Agustus 2011   13:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SURABAYA - Namanya Sulastri, salah satu siswi SD Gebang kelas IV yang rumahnya habis dilalap kobaran api Senin kemarin (22/8). Rumahnya termasuk bagian dari musibah kebakaran yang terjadi di kawasan pemukiman pemulung Keputih Medokan RT 02, Surabaya Timur. Ia terpaksa tidak bersekolah pada hari ini (23/8) sebab segala peralatan sekolahnya dan buku-buku telah menjadi abu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nur Aini, seorang siswi SD Semampir kelas IV juga harus ikhlas tidak masuk sekolah sementara waktu ini. Karena semua barang dan peralatan milik keluarganya tertimbun dan hangus bersama reruntuhan rumahnya. Padahal, gadis kecil tersebut bercita-cita untuk menjadi guru dan dapat berkuliah di ITS. Ibu kandungnya yang sehari-hari berprofesi sebagai pemulung bersedih atas terjadinya musibah ini. “Gimana lagi mas, habis semua barang-barang yang kami punya, uang di kantong juga tinggal 100 ribu,” keluhnya dengan mata sembab.
Lain halnya dengan seorang gadis yang ditemui Langkah Awal di depan rumah yang hangus di setiap sisinya dan hanya menyisakan pondasi yang berdiri hangus. Saat itu ia hanya duduk termenung sambil menangis di depan ember yang berisi air. Saat kru Langkah Awal menyapanya dengan lembut, gadis tersebut bergeming tidak menjawab, justu air mata dan tangisnya semakin menjadi lantas pergi meninggalkan tempat tersebut. Seakan sikap tersebut sudah mengekspresikan kesedihan yang mendalam lebih dari bahasa verbal yang tidak mampu diucapkannya.
Musibah kebakaran ini memang meluluhlantakkan hampir setiap bangunan yang ada di lokasi kebakaran kecuali rumah seorang polisi yang berdiri tegak di tengah amukan jago merah. Mayoritas korban pemilik rumah yang hangus di daerah tersebut adalah pemulung yang penghasilannya tidak menentu tiap harinya. Pada pagi hari pasca kebakaran (23/8) tampak beberapa masyarakat berdatangan hendak menyaksikan sisa-sisa keberingasan si jago merah. Juga silih ganti berdatangan beberapa mahasiswa dari kampus sekitar guna mengobservasi langsung di lapangan. Kabarnya beberapa organisasi mahasiswa sudah melakukan penggalangan dana guna meringankan beban para warga yang tertimpa musibah kebakaran ini.
Dari hasil reportase Langkah Awal, saat ini para warga sangat membutuhkan bantuan. Baik berupa makanan, pakaian, baju sekolah, buku-buku pelajaran, peralatan memasak dan ruang untuk istirahat sementara waktu. Karena belum ada kepastian tempat untuk pengungsian para warga di hari-hari selanjutnya. Peristiwa kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa, tapi harta benda para pemulung habis dilahap api. (arif)
Tulisan ini juga dipublish di media Langkah Awal - ITS
Baca artikel sebelumnya yang berkaitan dengan berita ini: Keberuntungan di Tengah Amukan Jago Merah, Kampung Pemulung Keputih Ludes Terbakar


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun