Mohon tunggu...
la zeki
la zeki Mohon Tunggu... mahasiswa -

wake up gan...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kebenaran Tanah Permulaan

26 Februari 2018   18:52 Diperbarui: 26 Februari 2018   19:12 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal sebuah kehidupan membuat tatanan interaksi manusia merubah pola-pola warna dalam bertahan hidup. Tantangan yang paling berat adalah berusaha ingin tetap sendiri terkadang memerlukan ruang waktu untuk memulai kebahagian sebagai salah satu syarat memperoleh kepercayaan. Siang berganti malam dan fajar telah kembali menerangi dunia serta aktivitasku yang akan berjalan baik seperti permulaan hari itu. Banyak hal yang ingin aku perlajari tentang hari kemarin sangat bahagai untuk bercanda tawa dengan mereka walaupun semua itu hanya kebahagian yang tidak sebenarnya.

Pertemuan yang aku janjikan perlahan hilang ditelan waktu saat dimana mentari itu pergi. Jejak-jejak yang ditinggalkan sebagai duri yang beracun untuk mereka teman masa kecilku. Ingatan ini mulai memperlihatkan benang putih yang ternodai oleh jaman perubahan tatanan kehidupan. Hanya menunggu waktu esok lagi untuk memperjuangkan semuanya bahkan ketika mimpi kita bersama terhapus tanpa satu hal yang didapat.

Tujuan hidupku hanya ingin lebih baik, mungkin menodai putih jalan yang terbaik demi bertahan dalam posisi aman. Masalah yang harus aku pikirkan lagi, jika hanya ingin seperti saat kemarin berarti semua itu tidak berjalan sesuai dengan aturan yang ditata sebelumnya. Ingin berpegang teguh dalam cita dan terluka disaat ingin mengukir kebahagiaan bukanlah satu hal yang ingin dicapai tetapi menjaga semuanya terlihat benar dimatanya. Tuhan akan mengerti dan akan melepaskan kesalahan atas perbuatan burukku.

Memiliki kelebihan dan kesempurnaan bagiku adalah hal yang sebenarnya. Menjaga semuanya tetap indah diterangnya cahaya adalah hal yang munafik. Kesalahan terkecil apapun mempunya wujud yang akan terlihat jika tidak ingin dilihat. Menyembunyikan sesuatu hal seperti ingin melihat tuhan tersenyum lebar dimatamu, padahal semua itu mimpi-mimpi yang kau lihat sendiri. Tidak ada hal yang kamu tahu dariku, meskipun  kau ingin menipuku dengan wajah merahmu yang polos itu.

Menjaga hubungan menciptakan fana yang sementara dirimu tertawa dengan dirinya. Membiarkan waktu menjawab mimpiku yang akan memberikan pelajaran berharga. Esok hari adalah pintu masuk untuk belajar menggapai serta menutupi kesindirian. Suasana yang berbeda dengan umur yang bertambah tua dengan tubuh yang mulai jatuh dengan mereka yang susah berjuang dalam bertahan. Terkadang pemikiran ini tidak sepadan dengan keringat yang keluar. Derita orang lain membebani diriku selama tahun-tahun yang mengosongkan semua ruang.

Kembali adalah kata yang sering aku ucapkan demi menjalani semua hal yang telah ditinggalkan. Bisikan hari esok semuanya telah diberitahu sebelumnya, namun masih banyak yang ingin menodai putihnya benang. Mengetahui kebenaran bukanlah untuk ditinggalkan namun disebarkan tanpa melukai tubuh yang lemah sehingga berita itu akan dimengerti. Perjalanan mengubah dunia telah berjalan bertahap memasuki dunia sebenarnya yang tidak banyak dari mereka yang mengikuti buku yang sekiranya lazim dipegang orang awam.

Ada banyak hal yang inginku lakukan dihari kemarin namun semuanya telah berlalu dan sekarang hari esok telah datang menginjak tanah kebenaran. Dunia yang terlihat lazim dimata namun pernah mendengarnya. Itulah dunia kebenaran dimana tempat kita berdiri menutupi bukti-bukti yang bermakna. Sekarang saatnya menjalani hukuman dan tidak ada jalan untuk kembali menangis, itulah kebenaran dunia yang terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun