Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahar Politik, Dosakah?

13 Januari 2018   19:22 Diperbarui: 13 Januari 2018   19:36 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir setiap tahun, kita melaksanakan proses pemilihan sejak kita mengamandemenkan UU Pemilihan Langsung. Tahun 2018 ini merupakan tahun paling sibuk dan sengit sehingga tidak heran banyak orang menyatakan secara kasat mata dan transparan bahwa tahun 2018 merupakan tahun politik. Berbagai daerah di seantero Indonesia akan melaksanakan pilgub, pilbup dan pilwalkot dengan pasangannya. 

Setiap partai telah menentukan para paket sebagai kandidat yang akan terlibat langsung dalam pemilu serentak tahun 2018. Ada partai yang harus berkoalisi untuk memenuhi persyaratan minimal pengusungan calong sesuai regulasi yang berlaku. Ada juga yang secara 'pd = percaya diri" mengusung sendiri calon gubernur maupun wakil gubernur.

Hal ini terjadi pada PDI Perjuangan secara menyakinkan mengusung sendiri calonnya tanpa mau berkoalisi dengan partai lainnya. Mereka lakukan di Pilgub Jawa Barat. Hal ini diluar dugaaan para pihak termasuk para pengamat. Namun untuk jangka panjang, terobosan dan keberanian PDI Perjuangan bagi Pilgub Jabar sangat diapresiasi masyarakat pemilih dan para fansnya. Bisa jadi, reputasi atau 'brand marketing'-nya PDI Perjuangan di Jabar akan meningkat, terlepas dalam proses pemilihan nanti tanggal 27 Juni 2018, entahkah kandidat yang diusung sendiri tanpa koalisi oleh PDI Perjuangan itu kalah atau menang.

Apalagi apabila dalam perhelelatan nanti, paket yang diusung sendiri tersebut menang dalam konstelasi super ketat di Jawa Barat.

Partai-partai lainnya pasti telah menentukan paket dan strategi pemenangannya secara bermartabat dan berbudaya kendati pun tanpa kita sangkal bahwa dalam implementasi politik praktis di lapangan segala 'cara" dihalalkan untuk meraih simpati, menarik empati dan meraup kemenangan. Segala isu apa pun akan tersaji di depan mata. Entahkah hal itu untuk meningkatkan elektabilitas calon yang diusungnya atau pun merendahlan calon lain agar tidak terpilih pada proses pemilihan nanti.

Ketakutan kita bersama bahwa isu-isu SARA yang pernah dilakukan DKI tentu juga akan terjadi di tempat lain meski kita pun sudah bersepakat bahwa kostestasi pemilihan adalah kontestasi gagasan, ide untuk pemberdayaan bukan menggunakan cara-cara yang irasional dan ilegal yang tentu akan merugikan "NKRI". Kita harus terus berupaya bahwa cara-cara inhuman harus kita tinggalkan namun dalam tataran politik praktis hal itu tentu tak dapat kita hindari 100%. 

Kita tetap berusaha sekuat tenaga agar pesta demokrasi itu lebih menonjolkan kualitas gagasan calon untuk membangun daerah atau pun Indonesia pada umumnya bukan lagi pada interese ras, suku atau pun agama. 

Kita berjuang bersama apabila kita mampu melangkah pada titik kritis ini maka proses demokrasi kita akan semakin meningkat kualitasnya.

Isu Mahar Politik

Kita belum selesai dengan persoalan isu SARA dalam pemilihan langsung, saat ini kita dihadapkan dengan persolan yang cukup pelik untuk diatasi adalah menyangkut "mahar politik". Ada partai yang secara terang-terangan menyatakan bahwa partainya tidak mengenal 'mahar' dalam perheltaan pemilihan langsung tahun ini. Ada partai yang samar-samar bahkan ada partai yang menyatakan bahwa bukan 'mahar' melainkan biaya proses politik.

Mungkin ini lebih realistis. Bukan mahar tetapi biaya. Memang kita Indonesia selalu menggunakan "eufemisme" dalam ucapan dan halus atau samar dalam menyatakan yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun