Mohon tunggu...
Laurensia Aptik
Laurensia Aptik Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Belajar bersama membangun keluarga yang sehat jiwa raga

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kenapa Anak Perlu Belajar Batasan Sejak Usia Dini?

27 Maret 2023   14:13 Diperbarui: 2 April 2023   10:01 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua perlu memberikan pemahaman pada anak soal batasan. Sumber: kompas.com

Saat anak bertamu di rumah teman, tetangga atau saudara terkadang anak senang menyentuh barang-barang atau ingin masuk ke kamar tuan rumah. Rasa ingin tahu membuat mereka menjelajah isi rumah orang lain, termasuk kamar tidur atau membuka-buka isi lemari. Apakah perilaku ini wajar terjadi pada anak-anak? Apakah orang tua dapat membiarkan perilaku ini terus dilakukan oleh anak?

Perilaku semacam ini wajar dilakukan oleh anak, terutama anak usia dini, karena rasa ingin tahu akan lingkungan sekitarnya. Namun, bukan berarti perilaku ini dapat dibiarkan terus muncul pada anak-anak. Pengenalan terhadap batasan atau etika dalam situasi atau lingkungan tertentu perlu diajarkan sejak dini, sehingga anak bisa menempatkan diri sesuai dengan lingkungan. Setiap situasi sosial tentu memerlukan adaptasi perilaku sesuai dengan situasi yang dihadapi. 

Sebagai contoh, ketika makan di sebuah rumah makan anak diharapkan dapat duduk dengan tenang dan berbicara dengan suara cukup terdengar oleh keluarga yang duduk bersama. Ketika anak belajar menampilkan perilaku sesuai dengan situasi, anak belajar untuk berempati terhadap orang lain.

Anak akan belajar apa yang mereka rasakan jika berada di posisi orang lain, misalnya tuan rumah yang menghadapi tamu anak-anak yang senang loncat-loncat di sofa atau masuk ke kamar orang dewasa atau memainkan seluruh benda yang ada di rumah tuan rumah. Anak dapat "merasakan" bahwa tuan rumah mungkin merasa tidak nyaman ketika berjumpa dengan tamu yang berperilaku demikian.

Bagaimana cara orang tua mengajarkan batasan atau etika kepada anak usia dini?

Bermain peran dengan orang tua yang mengandaikan situasi atau lingkungan tertentu seperti berperan sebagai tuan rumah dan tamu. Bermain peran atau bermain pura-pura membantu anak mendapatkan "rasa" dari situasi yang sesungguhnya. Anak dapat membayangkan ketika bertamu di rumah teman atau orang lain dan berlatih perilaku apa saja yang perlu ditampilkan dalam situasi ini. Orang tua sambil menemani anak bermain dapat menceritakan perilaku yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan.

Orang tua juga dapat menggunakan buku cerita yang menggambarkan situasi sosial tertentu dan perilaku-perilaku yang ditampilkan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Buku cerita dengan tema khusus tentang etika berperilaku dalam situasi sosial tertentu banyak disusun oleh para penulis. Ini menunjukkan bahwa para penulis memiliki kesadaran tentang pentingnya mengajarkan nilai-nilai sosial dan etika berperilaku pada anak-anak.

Pengalaman langsung saat berada dalam situasi sosial tertentu menjadi pembelajaran utama karena anak dapat merasakan secara nyata berada dalam situasi tertentu. Ketika berada dalam situasi, seperti bertamu atau makan di rumah makan, orang tua dapat sambil menjelaskan perilaku apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Selain itu, penjelasan tentang alasan perilaku tertentu tidak boleh dilakukan perlu disampaikan sehingga anak dapat memahami batasan perilaku yang harus ditampilkan sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

Mengajarkan batasan atau etika berperilaku pada situasi sosial tertentu mungkin tidak langsung dapat dipahami oleh anak dengan satu atau dua kali pengalaman. Anak bisa jadi memerlukan beberapa kali pengalaman untuk dapat mengerti perilaku yang sebaiknya dilakukan pada situasi tertentu sehingga orang tua perlu secara konsisten mengajarkan batasan perilaku sesuai dengan situasi yang dihadapi anak. Jika anak masih sulit untuk melakukan perilaku yang diharapkan, orang tua dapat menggunakan sistem poin untuk memotivasi anak menunjukkan perilaku yang diharapkan.

 Sebagai contoh, saat berbelanja di supermarket orang tua ingin anak membeli barang yang dibutuhkan saja, maka orang tua dapat mengajak anak membuat daftar belanja sebelum berbelanja dan memberikan poin kepada anak saat anak berhasil membeli barang yang dibutuhkan saja atau tidak tergoda membeli mainan atau makanan secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun