Mohon tunggu...
Laurencia Livia
Laurencia Livia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas AtmaJaya Yogyakarta

Hai! Terimakasih sudah membaca!✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Jamming No Plastic di Atas Plastik

29 Maret 2021   21:50 Diperbarui: 29 Maret 2021   22:11 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernakah kalian mendengar mengenai culuture jamming? Sebelum melihat lebih dalam, mari kita melihat modernisme dan posmodernisme terlebih dahulu.

Modernisme dan Posmodernisme

Secara singkat, posmodernisme adalah masa atau periode dimana budaya merupakan sesuatu yang bisa dikonstruksikan oleh manusia, dalam artian budaya bisa dibentuk oleh manusia dan bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Posmodernisme hadir setelah modernisme sebagai bentuk dari subversi uniformitas, totalisasi, dan homogenitas dengan memberikan intensitas terhadap perbedaan. Dimana dalam modernisme budaya dilihat sebagai sesuatu yang mutlak yang tidak dapat diubah-ubah oleh manusia. Berbeda dengan modernisme, posmodernisme mendukung kebudayaan massa yang justru menghapus batas-batas yang muncul antara kebudayaan elit dan kebudayaan massa pasa masa modernisme. 

Culture jamming sendiri termasuk ke dalam posmodernisme. Dapat dikatakan bahwa culture jamming merupakan sebuah gerakan yang bertentangan dengan budaya dominan yang bersifat 'menghancurkan' atau 'membelokkan' isi pesan dalam sebuah iklan. Seperti halnya parodi-parodi sebuah brand yang kerap muncul, seperti lie-on air, iklan parodi McDonald, Starbucks, dan banyak brand besar lainnya. Parodi tersebut berisi pesan-pesan yang berlawanan dengan apa yang disajikan oleh brand tersebut. Tujuan nya adalah berusaha untuk menghalangi budaya konsumtivisme dalam masyarakat. Pesan-pesan yang ada di dalamnya berupa sindirian supaya audiens dapat menangkap maksud dari masyarakat anti konsumerisme yang tidak setuju dengan budaya konsumerisme. 

Tidak berbeda jauh dengan sebuah kantong 'plastik' yang dibuat dari tela yang dapat dilarutkan dengan air panas sehingga tidak menimbun banyak sampah plastik yang tidak dapat diurai. Di bagian depan kantong plastik tersebut dituliskan 'No Plastic Please' berwarna hijau dan terdapat tagar #telobag yang menjelaskan bahwa kantong tersebut terbuat dari bahan tela yang dapat diuraikan. Kantong plastik tersebut merupakan salah satu bentuk dari culture jamming, dimana pihak-pihak yang tidak menyetujui penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari berusaha mencari cara untuk dapat menggantikan penggunaan plastik. Maka dari itu, dibuatlah kantong plastik terbuat dari tela yang dapat di daur ulang dengan menggunakan air panas. 

Dengan hadirnya kantong tersebut menjadi sebuah sindiran halus bagi para masyarakat untuk dapat mengurangi penggunaan plastiknya. Faktanya masyarakat sangat bergantung dengan plastik dalam kehidupan sehari-harinya. Dimulai dari ketika berbelanja hingga penggunaan sedotan yang tidak pernah mati karena banyaknya restoran ataupun kafe yang menggunakan sedotan. 

Meskipun sudah ada yang dapat menggantikan plastik, masyarakat tetap sulit beralih dari penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Belum banyak tempat yang juga mendukung gerakan 'no plastic' sebagai bentuk dari #sayangibumi. Salah satu wilayah yang telah menerapkan tanpa penggunaan plastik dan berhasil adalah Bali. 

Harapannya dengan adanya pengganti plastik yang tidak dapat diuraikan, dapat membantu masyarakat bumi untuk dapat menyayangi bumi dengan mengurangi penggunaan plastik yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diurai. Disisi lain, juga dapat mengurangi intensitas penggunaan plastik masyarakat daalam kehidupan sehari-hari yang sudah bagaikan candu.  

Sayangnya, penggunaan plastik masyarakat masih belum berkurang banyak meskipun telah banyak gerakan dan komunitas yang muncul. Kesadaran masyarakat perlu dihidupkan terus-menerus agar bumi kita dapat hidup lebih lama dan kita tidak hidup dalam rasa bersalah terus-menerus karena 'menyakiti' bumi secara tidak langsung. 

Semoga melalui artikel ini, dapat membantu pemahaman Anda mengenai Culture jamming serta dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan secara tersirat dalam sebuah iklan atau kata-kata. 

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun