Mohon tunggu...
Laurencia Eprina Dian
Laurencia Eprina Dian Mohon Tunggu... Penulis - Manusia biasa yang senang belajar hal baru

Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mojok.co, Media Online dengan Jurnalisme Satire

25 Oktober 2020   10:47 Diperbarui: 25 Oktober 2020   11:07 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media online Mojok.co mengangkat tema-tema tulisan mulai dari isu politik, ekonomi, hingga agama. Melalui artikel-artikel tersebut akhirnya dapat membentuk karakter bahasa satire Mojok.co yang disebut dengan "bahasa mojok". Hal ini menunjukkan bahwa Mojok.co membahas isu-isu yang serius namun dibingkai dengan gaya bahasa satire yang sederhana. 

source: Mojok.co
source: Mojok.co

Artikel yang ditayangkan Mojok.co tak jarang menuai pro kontra dan menyinggung beberapa pihak. Hal ini dapat dilihat melalui komentar yang diberikan oleh para pembaca terkait isu yang diangkat. Walaupun begitu, sejauh yang saya lihat Mojok.co tetap menyajikan tulisan yang sesuai dengan fakta dan bukan berdasarkan imajinasi penulis saja. Selain itu, konten-konten yang disajikan juga tidak berkaitan dengan SARA.

Menilik Jurnalisme Satire Melalui Artikel Mojok.co

Mengapa Mojok.co dapat dikatakan sebagai media online yang menggunakan prinsip jurnalisme satire? Mari kita kupas satu persatu melalui konten-konten yang disediakan di laman website Mojok.co. Kali ini kita akan bahas beberapa artikel yang menunjukkan bahwa Mojok.co menggunakan satire sebagai alat untuk mengkritik isu-isu yang ada di masyarakat. 

1. Peringatan untuk Buruh dari Kelas Menengah yang Bijak

source: Mojok.co
source: Mojok.co

Arman Dhani sebagai penulis mengulas dengan satire bagaimana argumen yang digunakan oleh sebagian kelas menengah ini. Dalam tulisan ini ia menulis:

"Lagipula ngapain sih demo? Kenapa gak pake hashtag aja? Memangnya buruh gak tahu ada yang namanya twitter? Protes itu ya lewat media sosial. Demo kok panas-panas di jalan-raya bikin macet.  Cukup ngetwit aja, bikin trending topik, sewa buzzer kek, buat angkat isu buruh. Masak hal penting kaya gini aja gak tahu? Gerakan sosial praksis di lapangan itu so last year. Gerakan sosial ya lewat facebook, twitter, dan petisi online. Kayak kalo demo di jalan bakal efektif aja, emang pengusaha dan penguasa mau denger? Ya gak bakalan lah."


Melalui penggalan tulisan tersebut, dapat dilihat bahwa ada berbagai alasan yang kerap diungkapkan oleh kelas menengah di media sosial. Rangkuman tulisan tersebut juga memunculkan logika bias kelas yang mengasumsikan bahwa aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh itu tidak penting karena hanya membuat jalan raya macet. Didukung pula dengan teknologi yang sudah canggih, seharusnya demo bisa dilakukan melalui media sosial saja. 

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Freedman (2009) bahwa satire berfungsi sebagai humor sekaligus kritik dalam waktu yang bersamaan. Pada konteks ini, humor dan kritik ditujukan kepada kelas menengah sehingga harapannya mampu membuka ruang diskusi bagi kita semua. 

2. 4 Alasan Puan Maharani Adalah Ketua DPR RI Terbaik Sepanjang Sejarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun